Assalamualaikum
sahabat-sahabatku ^_^ lanjut lagi dengan perjalanan hidup dengan AIHA. Sedikit
mengingatkan cuplikan dari postingan yang lalu tentang opname yang aku alami
ketika tiba-tiba kondisiku kembali lemah.
Opname kali ini memang
penuh dengan beban dan pikiran. Opname yang tidak disangka-sangka dan terjadi
dengan tiba-tiba setelah sekian lama tak merasakan jarum suntik dan infus.
Opname yang mengawali kondisiku kembali mulai melemah lagi sampai aku
benar-benar drop saat semester 6 dan berniat untuk putus kuliah lagi. Kondisi
yang membuatku harus meminum dosis MP yang dinaikkan lagi. Kondisi yang
membuatku kembali merasakan pandangan aneh dari teman-teman kuliahku. Kondisi
yang membuatku harus dilakukan tindakan CT scan. Kondisi yang membuatku harus dilakukan
Tes Bone-Densitometri. Hingga akhirnya dilakukan ANA-Test.
Ini
adalah opname yang benar-benar tak disangka. Saat itu hari terakhir aku melaksanakan
UAS di semester 5. Terakhir UAS biasanya aku dan teman-teman sekelas selalu
mengabadikan dalam foto bersama sebagai kenang-kenangan tiap semester. Dan
semester ini aku tidak turut serta, aku sangat merasa sedih. Saat itu aku belum
sempat ijin pada dosen untuk tidak mengikuti ujian, dan ternyata itu membuat
panik dosen kaprodi. Tidak biasa aku seperti ini, absen tanpa ada kabar. Bahkan
beliau juga sempat menelpon ke hapeku. Saat sudah di rumah sakit aku memang
tidak bisa melakukan apa-apa karena setiap aku membuka mata aku selalu ingin
muntah. Aku sudah tidak mempedulikan hape dan sama sekali tidak tau saat dosen
kaprodi menelpon. Saat aku merasa agak mendingan setelah mendapatkan cairan
infus baru aku meminta bantuan ibuku untuk memintakan ijin pada dosen kaprodi
bahwa aku tidak bisa mengikuti ujian. Dan saat itulah aku mengetahui bahwa ada
panggilan tak terjawab dari dosen kaprodi.
Sampai
malam hari keadaanku masih belum bisa sepenuhnya membaik. Aku masih belum bisa
membuka mata. Dan aku juga masih terus muntah. Aku memang sadar tapi aku selalu
memejamkan mata untuk menjaga agar aku tidak merasa pusing dan merasa ingin muntah.
Teman-teman yang menghubungiku memang menyangka aku tak sadarkan diri. Tapi
saat itu aku mendengar dan memang benar-benar sadar cuma aku tak sanggup untuk
membuka mata.
Keesokan
harinya keadaanku sudah membaik. Aku sudah bisa membuka mata, walaupun mual dan
pusing masih aku rasakan. Aku ingin segera tahu sebenarnya ada apa denganku?
kenapa tiba-tiba aku menjadi drop seperti ini. Dokter yang memeriksaku
memberikan penjelasan bahwa ini dari lambungnya. Sehingga aku merasakan pusing
dan mual sampai muntah. Kemungkinan karena kecapekan dan makan sering telat.
Memang ada benarnya juga perkataan dokter, akhir-akhir ini aku memang sering
makan tidak teratur dan kurang istirahat. Alhamdulillah ini tidak mempengaruhi
jumlah hb dan trombositku. Sehingga aku tidak memerlukan tranfusi. Aku cukup
senang mendengarnya. Walaupun dalam hati agak kesal juga dengan kondisiku
sendiri. Masak gara-gara makan tidak teratur dan kurang istirahat sampai
membuatku harus diopname. Tapi ada satu hal yang aku lupa dengan kondisiku, aku
saat itu mengkonsumsi obat Methylprednisolon yang sempat membuat luka pada
tukak lambungku. Saat aku makan tidak teratur dan harus mengkonsumsi MP itu akan
menimbulkan efek mual pada lambung. Dan ditambah lagi saat itu aku kurang tidur
yang membuat kondisiku menjadi drop.
Hanya
3-4 hari aku opname di rumah sakit lamongan. Aku memang ingin cepat-cepat
pulang. Aku benar-benar lelah jika harus lama-lama berbaring di rumah sakit.
Aku sudah sangat capek dan bosan kalau harus disuntik obat yang membuatku
merasa sangat ngantuk dan tiba-tiba tertidur. Memang tujuannya agar aku bisa
istirahat, tapi aku capek kalau harus berbaring terus dan tidak bisa bergerak
dengan leluasa karena tangan diinfus.
Aku
mengakui saat pulang dari rumah sakit kondisiku belum benar-benar fit. Aku
masih sering merasa kepalaku pusing dan merasa kliyengan, jika aku menunduk dan
mendongakkan kepala selalu merasa kliyengan dan mata juga berkunang-kunang.
Tapi aku tetap ingin pulang karena aku benar-benar sudah tidak betah tidur di
rumah sakit. Aku ingin memulihkan kondisiku di rumah. Dan juga ingin segera
bisa menyusul ujian yang masih tertinggal dengan teman-teman.
Saat
kembali kontrol ke Surabaya bulan Februari 2013 mengalami trombositopenia
Aku menceritakan pada dokter kalau
aku habis opname di lamongan karena tiba-tiba lambungku sakit dan muntah terus.
Tes darah saat itu menunjukkan aku mengalami Trombositopenia. Hb 10 dan
trombosit tiba-tiba turun drastis hanya 77.000 tapi aku masih baik-baik saja
tidak ada pendarahan, cuma tulang-tulangku menjadi sering ngilu. Sehingga dosis
MethylPrednisolon kembali dinaikkan. Sehari aku harus minum 3kali dengan dosis
4mg tiap tablet. Sudah bisa dibayangkan apa yang akan terjadi lagi padaku. Aku
juga diberikan sirup untuk lambung agar tidak mual. Saat itu aku merasa bingung
dengan obat yang harus aku minum juga sebelum makan yaitu Cavit D3. Harus mana
dulu yang aku minum, sementara sirup untuk lambung ini juga harus diminum
sebelum makan agar tidak mual dan perih saat kemasukan makanan. Sementara cavit
D3 juga tidak bisa aku tinggalkan karena itu obat untuk pelindung tulang agar
tidak terkena efek dari MP. Tapi aku harus memilih salah satu untuk aku minum.
Akhirnya aku fokus untuk meminum obat lambung terlebih dahulu, toh kalau sudah
sembuh mualnya aku bisa minum cavit D3 lagi^_^
Saat kondisi berangsur membaik aku
ke kampus untuk menyusul ujian semester 5 yang sempat aku tinggalkan. Setelah
itu aku mendapatkan istirahat beberapa hari sebelum masuk kuliah semester 6.
Karena waktu itu bertepatan dengan liburan semester 5 sehingga aku juga sedikit
tenang saat istirahat di rumah karena tak harus mengorbankan untuk absen
kuliah.
Setelah
beberapa minggu mengkonsumsi MP 4mg sehari 3kali moonface kembali datang
Aku sudah mulai merasakan efek dari
dosis MP yang dinaikkan. Moonface kembali menyertaiku saat aku mulai masuk di
semester 6. Walaupun tak segendut dulu tapi aku merasakan perubahan yang cukup
mencolok pada pipiku. Sedih sudah pasti, malu juga kadang-kadang. Apalagi
ketika ada teman-teman baik yang bilang secara langsung atau tidak langsung
saat ini pipiku sangat tembem. Tapi aku hanya bisa tersenyum menanggapi
komentar mereka. Mulai dari komentar yang manis, sampai komentar yang pahit pun
aku tanggapi hanya dengan tersenyum. Karena memang bukan salah mereka juga aku
seperti ini. Aku menganggap mereka seperti itu karena memang mereka tidak tahu
dan tidak mengerti kondisiku. Karena aku memang sengaja menutupi tentang
keadaanku yang sebenarnya pada mereka. Walaupun mereka sudah mengetahui dan
menyadari kalau aku sedikit berbeda dengan mereka. Tapi mungkin mereka tidak
tahu secara mendetail tentang apa yang aku derita.
Masuk kuliah awal semester 6 memang
masih begitu full kegiatan kuliahku. Karena masih mempersiapkan untuk PPL 1
yang diadakan di kampus. Semester 6 saat itu memang sedang sibuk-sibuknya dan
banyak kegiatan kuliah yang harus diikuti dengan kondisi fit. Memang agak
bertentangan dengan kondisiku saat itu. Entah kenapa aku sering sekali merasa
cepat lelah. Badanku rasanya seperti lemas padahal tidak melakukan aktifitas
berat.
Tepat sebulan lebih beberapa hari
aku kontrol lagi ke Surabaya. Selain untuk tes darah aku juga ingin
menceritakan keluhanku pada dokter. Aku mulai merasa selalu kecapekan. Saat
bangun tidur aku merasa tubuhku sakit semua. Tulang-tulangku kadang terasa
ngilu. Badanku selalu panas. Terkadang kepalaku juga pusing sekali tapi
sebentar panas dan pusing itu hilang. Kadang aku juga sulit tidur. Dokter
akhirnya mengurangi dosis MP menjadi sehari satu kali. Semua gejala-gejala yang
aku alami akibat pengaruh dari MP sehingga aku juga harus rajin untuk minum
Cavit D3 untuk melindungi tulang dan diberi folavit untuk vitamin agar tubuhku
tidak loyo.
Kondisi
mulai semakin melemah
Awal
April 2013 aku merasa sedih ketika merasakan badanku yang sakit semua
saat bangun tidur Ini karena saat semester 6 aku ada jadwal kuliah pagi sampai
dilanjut kuliah sore. Aku benar-benar kewalahan saat itu. Apa yang aku rasakan
pada tubuhku juga sudah mulai tidak wajar. Kuliah saat itu adalah kegiatan PPL
1, aku mulai merasakan sakit pada punggungku ketika duduk terlalu lama. Padahal
aku dulu belum merasakan sakit pada punggungku yang seperti ini. Walaupun sakit
dibuat istirahat pasti akan sembuh. Tapi yang aku rasakan ini beda. Aku sangat
cepat merasa lelah dan capek saat duduk. Punggungku sangat sakit. Dan
tulang-tulangku juga selalu merasa ngilu di bagian siku, lutut, pergelangan
tangan dan kaki.
Badanku
sampai panas ketika aku merasakan sakit pada tulang-tulangku dan merasakan
sakit pada punggungku. Setiap pulang dari kuliah selalu merasakan badanku
panas. Sementara malam hari aku belum bisa istirahat karena mempersiapkan
materi untuk PPL ditambah lagi aku sulit tidur kalau malam hari. Aku
benar-benar sudah ingin menyerah untuk masuk kuliah lagi. Aku benar-benar kelelahan.
Aku
merasa kondisiku kali ini adalah kondisiku yang paling lemah dari tahun-tahun
sebelumnya. Aku ingin menyerah untuk melanjutkan kuliah kali ini. Tapi aku
masih terbebani dengan tugas PPL yang harus aku jalani. Andai ini tidak
menyangkut nilai teman-temanku yang ditakdirkan untuk menjadi satu kelompok
denganku, aku akan mengundurkan diri lebih awal. Tapi aku berusaha untuk
menguatkan diriku sampai aku dan teman-teman satu kelompok maju untuk tampil
menjelaskan materi, karena aku tidak ingin mengorbankan nilai teman-temanku. Mata
kuliah yang lainnya sudah tak aku pedulikan. Semua matkul yang aku ikuti di
semester 6 ini terbangkalai. Badanku sudah tak mampu untuk diajak kompromi. Aku
hanya fokus untuk menyelesaikan PPL 1.
Alhamdulillah
saat maju di PPL 1 akhirnya tiba. Aku dengan sekuat tenaga berusaha untuk tetap
kuat menjelaskan materi. Walaupun saat itu aku benar-benar merasakan mual yang
teramat sangat dan badanku sangat lemas. Entah bagaimana hasil dari PPL 1 aku
sudah tidak peduli dengan nilaiku. Yang penting teman-teman yang satu kelompok
denganku bisa tampil dan memperoleh nilai. Setelah maju aku menemui kaprodi dan
meminta ijin untuk cuti kuliah atau kalau diperbolehkan aku ingin terminal
kuliah. Sebenarnya tidak mudah membuat keputusan seperti ini. Aku terlebih dahulu
harus berdebat dengan Ibu, beliau mengharapkan aku harus berjuang dan semangat
untuk kuliah. Jangan sampai putus di tengah jalan lagi. Sementara bapak selalu
merasa sedih ketika aku mengutarakan maksud untuk berhenti kuliah. Dan kakak
selalu berusaha memberikan semangat agar aku tetap lanjut semampuku. Asalkan
jangan sampai berhenti kuliah lagi. Aku benar-benar dilema saat itu. Tidak ada
yang tau apa yang terjadi pada tubuhku. Tidak ada yang bisa ikut merasakan apa
yang aku rasakan pada tubuhku. Aku benar-benar merasa sendiri saat itu. Dosen
kaprodi memberi saran untuk cuti kuliah saja kalau memang kondisiku masih lemah
dan butuh istirahat. Kalau untuk terminal kuliah lebih baik jangan, karena
semester 6 sudah berlangsung setengah semester dan kurang beberapa bulan sudah
masuk ujian semester. Aku benar-benar sudah tak sanggup kalau untuk masuk
kuliah lagi. Badanku benar-benar drop. Tapi orang-orang yang melihatku ternyata
tidak melihat bahwa aku sakit. Ini yang membuatku saat itu benar-benar
terpuruk. Aku ingin menenangkan diriku di rumah dan istirahat total. Tapi
usahaku saat itu benar-benar tak membuahkan hasil sama sekali. Aku sudah tak
pernah kembali ke kampus saat itu.
Kontrol
terakhir di bulan Maret 2013 dan aku menjadi sangat malas untuk kontrol lagi.
Kondisiku belum juga membaik. Masih tetap sama, bangun tidur selalu merasakan
sakit semua dan badan terasa panas. Kadang juga disertai sakit kepala.
Tulang-tulang ngilu dan badanku benar-benar loyo. Selalu seperti itu. Bulan April
aku tidak kontrol ke Surabaya. Saat itu memang bertepatan saat pelaksanaan PPL
1 sehingga aku khawatir jika aku ijin kontrol maka saat kelompokku dapat
giliran maju aku tak bisa ikut.
Bulan
Mei 2013 aku baru kontrol lagi ke Surabaya. Saat itu aku menceritakan semua
keluhan-keluhan yang aku rasakan. Punggungku jadi mudah capek ketika dibuat
duduk terlalu lama, rasanya seperti selalu ingin rebahan. Saat itu hasil tes
darah menunjukkan Hb 9,9 trombosit sudah naik menjadi 133.000. Dokter masih
memberi obat seperti biasa dan semakin membuatku frustasi. Aku merasakan
keanehan pada tubuhku tapi kenapa dokter tidak melakukan tindakan apa-apa dan
hasil tes darah pun menunjukkan bahwa memang masih dalam batas aman. Dua minggu
kontrol lagi dan keluhan yang aku rasakan masih sama. Sakit pada punggung dan
badan menjadi lemas. Dan penanganan dokter juga masih sama. Aku benar-benar
bingung dengan keadaanku sendiri. Kuliahku sudah sangat terbengkalai. Aku sudah
hampir selalu absen tiap jam kuliah. Ujian tengah semester 6 sudah tak mampu
aku ikuti lagi. Aku benar-benar merasa tak sanggup untuk kembali ke kampus
dengan kondisi seperti ini.
Melakukan foto Thorax dan CT Scan
Bulan
Juni 2013 kembali kontrol kali ini keluhanku mulai agak parah kali ini. Tangan
kiriku menjadi sangat lemah. Sampai-sampai saat memegang piring tanganku
tiba-tiba sangat lemas dan tak bertenaga untuk mengangkat piring akhirnya
piring yang aku pegang pun pecah. Ibuku benar-benar kaget saat mengetahui
kondisiku yang seperti itu. Dokter akhirnya menyarankan untuk foto Thorax dan
melakukan CT scan pada tangan kiriku. Dikhawatirkan terjadi peradangan pada
tulang tanganku dan anggota tubuh sebelah kiri karena keluhanku biasanya juga
aku merasakan sakit pada tulang pinggul sebelah kiri.
CT
scan membuatku semakin sedih karena memerlukan biaya yang sangat besar dan
tidak bisa dengan askes. Bagaimana bingungnya ibuku saat itu aku bahkan tidak
bisa untuk membantu. Tapi memang selalu ada jalan dan pertolongan dari Allah
itu akan selalu datang. Proses CT scan akhirnya dimulai setelah sebelumnya aku
tes keadaan ginjal dan hasilnya baik. Setelah itu aku harus puasa selama 2 jam
untuk persiapan CT scan. Baru kali ini aku menjalani CT scan dan membuatku
sangat takut. Memang tidak sakit tapi aku merasakan kekhawatiran yang teramat
sangat ketika melakukan CT scan. Dan aku hanya bisa pasrah menjalani semua ini.
Hasil
CT scan bisa diambil keesokan harinya sekaligus menemui dokter. Dan apa yang
terjadi dengan hasilnya? Ternyata semuanya normal. Aku senang sekaligus sedih
juga saat itu. Lalu sebenarnya aku ini kenapa? kenapa kondisiku sangat lemah
dan badanku sakit semua. Semua tes-tes medis menyatakan kalau tulangku normal,
ginjal juga tampak baik. Aku semakin putus asa dengan keadaan ini. Dokter
akhirnya menurun dosis MethylPrednisolon menjadi 4mg selang-seling. Sehari
minum sehari tidak. Ini memang dosis terendah sepanjang perjalanan berobat
selama ini. Dan aku diberi obat agar aku bisa istirahat dengan tenang, karena
aku memang selalu sulit tidur setiap malam. Bahkan pernah saking frustasinya
aku sampai melarikan diri dari rumah untuk mengungsi ke rumah Budheku tanpa
pamit. Karena saat itu aku benar-benar kalut. Aku tidak tau harus bagaimana
menceritakan apa yang aku rasakan saat itu pada kedua orang tuaku. Dan saat
diberondong dengan pertanyaan-pertanyaan dari keluarga budhe aku hanya bisa
menangis sejadi-jadinya. Karena aku tidak tau harus mengungkapkan keadaan
tubuhku seperti apa saat itu dan bagaimana rasanya badanku saat itu.
Tapi
itu semua sudah berakhir, aku mencoba untuk telaten minum obat dari dokter yang
menimbulkan rasa kantuk yang teramat sangat yang membuatku bisa tidur nyenyak.
Aku juga sudah mulai ingin berdamai dengan keadaanku sendiri. Aku memang selama
ini ingin hidup normal seperti teman-temanku. Yang dengan bebas dan lincah
kesana kemari untuk melakukan segudang aktivitas tanpa terbelenggu dengan
kondisi fisik yang lemah. Aku mulai kembali terima dengan keadaanku yang memang
sudah seperti ini dari dulu. Hanya saja sekarang kondisiku mulai semakin
melemah seiring berjalannya waktu yang menunjukkan bahwa aku sudah lama
mengidap penyakit ini. Aku benar-benar harus berdamai dan bisa bersahabat
dengan penyakit ini. Aku tidak mau kalah dengan penyakit ini. Aku harus kuat.
Ketika
aku merasa sudah mampu untuk mengontrol kondisiku, kembali keinginan untuk ke
kampus muncul lagi. Tapi aku tau kalau selama beberapa bulan aku sedikit
mengabaikan kuliahku dan sekarang sudah mendekati ujian akhir semester 6.
Masihkah ada harapan buatku untuk kembali melanjutkan kuliah? Dan ternyata
kesempatan itu masih terbuka lebar untukku. Aku sangat bersyukur diberi
kesempatan oleh dosen kaprodi untuk mengikuti UAS semester 6. Walaupun nanti
mungkin aku masih akan tetap mengulang mata kuliah yang nilainya masih belum
cukup saat semester 8 mendatang. Yang penting nilai ujian semester 6 tidak
boleh kosong.
Saat
mengikuti UAS semester 6 ini aku merasa seperti orang bodoh sedunia. Aku sudah
lama tak mengikuti perkuliahan. Otomatis aku hanya mengetahui materi hanya di
awal-awal saja. Sementara soal UAS sangat asing bagiku. Dan aku baru mengerti
dan paham ternyata sangat tidak enak menjadi orang yang tidak bisa mengerjakan
soal pelajaran apalagi dalam ujian. Sangat bertolak belakang dengan aku yang
dulu. Semua teman-teman selalu bertanya padaku apabila mengalami kesulitan saat
mengerjakan soal. Tapi saat aku mengalami kesulitan mengerjakan soal yang tidak
pernah aku ketahui asal usul sebelumnya apakah mereka membantuku? Hanya
sebagian saja^_^ tapi tidak apa-apa. Karena semua yang terjadi padaku ini bukan
salah mereka. Sehingga nilaiku saat semester 6 hancur sehancurnya. Dan aku
merasa menjadi mahasiswa yang sangat bodoh. Tapi aku tetap bersyukur. Aku masih
diberi kesempatan untuk menjadi yang lebih baik. Aku masih diberi kesempatan
untuk melanjutkan kuliah lagi walaupun sebelumnya sudah putus asa ingin mogok
kuliah gara-gara kondisi yang membuatku frustasi. Yang paling penting aku kuat
mengikuti ujian walaupun masih dengan kondisi yang lemah.
Setelah
ujian masih ada kegiatan yang menantiku di semester 6. KKN (Kuliah Kerja Nyata)
yang kembali hampir membuatku tidak sanggup lagi untuk melanjutkan kuliah. Tapi
semua keluargaku selalu memotivasiku untuk tetap semangat. Mampukah aku untuk
melalui semua ini?
Tunggu
kelanjutan kisahku di postingan selanjutnya ya^_^ klik untuk lanjut part VIII
0 comments:
Post a Comment