Tuesday, 7 April 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA Part VII

Posted by my blog is my life on Tuesday, April 07, 2015 with No comments
Assalamualaikum sahabat-sahabatku ^_^ lanjut lagi dengan perjalanan hidup dengan AIHA. Sedikit mengingatkan cuplikan dari postingan yang lalu tentang opname yang aku alami ketika tiba-tiba kondisiku kembali lemah.
Opname kali ini memang penuh dengan beban dan pikiran. Opname yang tidak disangka-sangka dan terjadi dengan tiba-tiba setelah sekian lama tak merasakan jarum suntik dan infus. Opname yang mengawali kondisiku kembali mulai melemah lagi sampai aku benar-benar drop saat semester 6 dan berniat untuk putus kuliah lagi. Kondisi yang membuatku harus meminum dosis MP yang dinaikkan lagi. Kondisi yang membuatku kembali merasakan pandangan aneh dari teman-teman kuliahku. Kondisi yang membuatku harus dilakukan tindakan CT scan. Kondisi yang membuatku harus dilakukan Tes Bone-Densitometri. Hingga akhirnya dilakukan ANA-Test.

Ini adalah opname yang benar-benar tak disangka. Saat itu hari terakhir aku melaksanakan UAS di semester 5. Terakhir UAS biasanya aku dan teman-teman sekelas selalu mengabadikan dalam foto bersama sebagai kenang-kenangan tiap semester. Dan semester ini aku tidak turut serta, aku sangat merasa sedih. Saat itu aku belum sempat ijin pada dosen untuk tidak mengikuti ujian, dan ternyata itu membuat panik dosen kaprodi. Tidak biasa aku seperti ini, absen tanpa ada kabar. Bahkan beliau juga sempat menelpon ke hapeku. Saat sudah di rumah sakit aku memang tidak bisa melakukan apa-apa karena setiap aku membuka mata aku selalu ingin muntah. Aku sudah tidak mempedulikan hape dan sama sekali tidak tau saat dosen kaprodi menelpon. Saat aku merasa agak mendingan setelah mendapatkan cairan infus baru aku meminta bantuan ibuku untuk memintakan ijin pada dosen kaprodi bahwa aku tidak bisa mengikuti ujian. Dan saat itulah aku mengetahui bahwa ada panggilan tak terjawab dari dosen kaprodi.
Sampai malam hari keadaanku masih belum bisa sepenuhnya membaik. Aku masih belum bisa membuka mata. Dan aku juga masih terus muntah. Aku memang sadar tapi aku selalu memejamkan mata untuk menjaga agar aku tidak merasa pusing dan merasa ingin muntah. Teman-teman yang menghubungiku memang menyangka aku tak sadarkan diri. Tapi saat itu aku mendengar dan memang benar-benar sadar cuma aku tak sanggup untuk membuka mata.
Keesokan harinya keadaanku sudah membaik. Aku sudah bisa membuka mata, walaupun mual dan pusing masih aku rasakan. Aku ingin segera tahu sebenarnya ada apa denganku? kenapa tiba-tiba aku menjadi drop seperti ini. Dokter yang memeriksaku memberikan penjelasan bahwa ini dari lambungnya. Sehingga aku merasakan pusing dan mual sampai muntah. Kemungkinan karena kecapekan dan makan sering telat. Memang ada benarnya juga perkataan dokter, akhir-akhir ini aku memang sering makan tidak teratur dan kurang istirahat. Alhamdulillah ini tidak mempengaruhi jumlah hb dan trombositku. Sehingga aku tidak memerlukan tranfusi. Aku cukup senang mendengarnya. Walaupun dalam hati agak kesal juga dengan kondisiku sendiri. Masak gara-gara makan tidak teratur dan kurang istirahat sampai membuatku harus diopname. Tapi ada satu hal yang aku lupa dengan kondisiku, aku saat itu mengkonsumsi obat Methylprednisolon yang sempat membuat luka pada tukak lambungku. Saat aku makan tidak teratur dan harus mengkonsumsi MP itu akan menimbulkan efek mual pada lambung. Dan ditambah lagi saat itu aku kurang tidur yang membuat kondisiku menjadi drop.
Hanya 3-4 hari aku opname di rumah sakit lamongan. Aku memang ingin cepat-cepat pulang. Aku benar-benar lelah jika harus lama-lama berbaring di rumah sakit. Aku sudah sangat capek dan bosan kalau harus disuntik obat yang membuatku merasa sangat ngantuk dan tiba-tiba tertidur. Memang tujuannya agar aku bisa istirahat, tapi aku capek kalau harus berbaring terus dan tidak bisa bergerak dengan leluasa karena tangan diinfus.
Aku mengakui saat pulang dari rumah sakit kondisiku belum benar-benar fit. Aku masih sering merasa kepalaku pusing dan merasa kliyengan, jika aku menunduk dan mendongakkan kepala selalu merasa kliyengan dan mata juga berkunang-kunang. Tapi aku tetap ingin pulang karena aku benar-benar sudah tidak betah tidur di rumah sakit. Aku ingin memulihkan kondisiku di rumah. Dan juga ingin segera bisa menyusul ujian yang masih tertinggal dengan teman-teman.
Saat kembali kontrol ke Surabaya bulan Februari 2013 mengalami trombositopenia
            Aku menceritakan pada dokter kalau aku habis opname di lamongan karena tiba-tiba lambungku sakit dan muntah terus. Tes darah saat itu menunjukkan aku mengalami Trombositopenia. Hb 10 dan trombosit tiba-tiba turun drastis hanya 77.000 tapi aku masih baik-baik saja tidak ada pendarahan, cuma tulang-tulangku menjadi sering ngilu. Sehingga dosis MethylPrednisolon kembali dinaikkan. Sehari aku harus minum 3kali dengan dosis 4mg tiap tablet. Sudah bisa dibayangkan apa yang akan terjadi lagi padaku. Aku juga diberikan sirup untuk lambung agar tidak mual. Saat itu aku merasa bingung dengan obat yang harus aku minum juga sebelum makan yaitu Cavit D3. Harus mana dulu yang aku minum, sementara sirup untuk lambung ini juga harus diminum sebelum makan agar tidak mual dan perih saat kemasukan makanan. Sementara cavit D3 juga tidak bisa aku tinggalkan karena itu obat untuk pelindung tulang agar tidak terkena efek dari MP. Tapi aku harus memilih salah satu untuk aku minum. Akhirnya aku fokus untuk meminum obat lambung terlebih dahulu, toh kalau sudah sembuh mualnya aku bisa minum cavit D3 lagi^_^
            Saat kondisi berangsur membaik aku ke kampus untuk menyusul ujian semester 5 yang sempat aku tinggalkan. Setelah itu aku mendapatkan istirahat beberapa hari sebelum masuk kuliah semester 6. Karena waktu itu bertepatan dengan liburan semester 5 sehingga aku juga sedikit tenang saat istirahat di rumah karena tak harus mengorbankan untuk absen kuliah.
Setelah beberapa minggu mengkonsumsi MP 4mg sehari 3kali moonface kembali datang
            Aku sudah mulai merasakan efek dari dosis MP yang dinaikkan. Moonface kembali menyertaiku saat aku mulai masuk di semester 6. Walaupun tak segendut dulu tapi aku merasakan perubahan yang cukup mencolok pada pipiku. Sedih sudah pasti, malu juga kadang-kadang. Apalagi ketika ada teman-teman baik yang bilang secara langsung atau tidak langsung saat ini pipiku sangat tembem. Tapi aku hanya bisa tersenyum menanggapi komentar mereka. Mulai dari komentar yang manis, sampai komentar yang pahit pun aku tanggapi hanya dengan tersenyum. Karena memang bukan salah mereka juga aku seperti ini. Aku menganggap mereka seperti itu karena memang mereka tidak tahu dan tidak mengerti kondisiku. Karena aku memang sengaja menutupi tentang keadaanku yang sebenarnya pada mereka. Walaupun mereka sudah mengetahui dan menyadari kalau aku sedikit berbeda dengan mereka. Tapi mungkin mereka tidak tahu secara mendetail tentang apa yang aku derita.
Proses perubahan wajah setelah minum MP dengan dosis yang dinaikkan.
Awal Maret 2013 (2 minggu setelah minum MP 3x1)
Minggu kedua Maret 2013 (3 minggu setelah minum MP 3x1)
            Masuk kuliah awal semester 6 memang masih begitu full kegiatan kuliahku. Karena masih mempersiapkan untuk PPL 1 yang diadakan di kampus. Semester 6 saat itu memang sedang sibuk-sibuknya dan banyak kegiatan kuliah yang harus diikuti dengan kondisi fit. Memang agak bertentangan dengan kondisiku saat itu. Entah kenapa aku sering sekali merasa cepat lelah. Badanku rasanya seperti lemas padahal tidak melakukan aktifitas berat.
Akhir Maret 2013 (Sebulan lebih setelah minum MP 3x1)
            Tepat sebulan lebih beberapa hari aku kontrol lagi ke Surabaya. Selain untuk tes darah aku juga ingin menceritakan keluhanku pada dokter. Aku mulai merasa selalu kecapekan. Saat bangun tidur aku merasa tubuhku sakit semua. Tulang-tulangku kadang terasa ngilu. Badanku selalu panas. Terkadang kepalaku juga pusing sekali tapi sebentar panas dan pusing itu hilang. Kadang aku juga sulit tidur. Dokter akhirnya mengurangi dosis MP menjadi sehari satu kali. Semua gejala-gejala yang aku alami akibat pengaruh dari MP sehingga aku juga harus rajin untuk minum Cavit D3 untuk melindungi tulang dan diberi folavit untuk vitamin agar tubuhku tidak loyo.
Kondisi mulai semakin melemah
Awal April 2013 aku merasa sedih ketika merasakan badanku yang sakit semua saat bangun tidur Ini karena saat semester 6 aku ada jadwal kuliah pagi sampai dilanjut kuliah sore. Aku benar-benar kewalahan saat itu. Apa yang aku rasakan pada tubuhku juga sudah mulai tidak wajar. Kuliah saat itu adalah kegiatan PPL 1, aku mulai merasakan sakit pada punggungku ketika duduk terlalu lama. Padahal aku dulu belum merasakan sakit pada punggungku yang seperti ini. Walaupun sakit dibuat istirahat pasti akan sembuh. Tapi yang aku rasakan ini beda. Aku sangat cepat merasa lelah dan capek saat duduk. Punggungku sangat sakit. Dan tulang-tulangku juga selalu merasa ngilu di bagian siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki.
Badanku sampai panas ketika aku merasakan sakit pada tulang-tulangku dan merasakan sakit pada punggungku. Setiap pulang dari kuliah selalu merasakan badanku panas. Sementara malam hari aku belum bisa istirahat karena mempersiapkan materi untuk PPL ditambah lagi aku sulit tidur kalau malam hari. Aku benar-benar sudah ingin menyerah untuk masuk kuliah lagi. Aku benar-benar kelelahan.
Aku merasa kondisiku kali ini adalah kondisiku yang paling lemah dari tahun-tahun sebelumnya. Aku ingin menyerah untuk melanjutkan kuliah kali ini. Tapi aku masih terbebani dengan tugas PPL yang harus aku jalani. Andai ini tidak menyangkut nilai teman-temanku yang ditakdirkan untuk menjadi satu kelompok denganku, aku akan mengundurkan diri lebih awal. Tapi aku berusaha untuk menguatkan diriku sampai aku dan teman-teman satu kelompok maju untuk tampil menjelaskan materi, karena aku tidak ingin mengorbankan nilai teman-temanku. Mata kuliah yang lainnya sudah tak aku pedulikan. Semua matkul yang aku ikuti di semester 6 ini terbangkalai. Badanku sudah tak mampu untuk diajak kompromi. Aku hanya fokus untuk menyelesaikan PPL 1.
Alhamdulillah saat maju di PPL 1 akhirnya tiba. Aku dengan sekuat tenaga berusaha untuk tetap kuat menjelaskan materi. Walaupun saat itu aku benar-benar merasakan mual yang teramat sangat dan badanku sangat lemas. Entah bagaimana hasil dari PPL 1 aku sudah tidak peduli dengan nilaiku. Yang penting teman-teman yang satu kelompok denganku bisa tampil dan memperoleh nilai. Setelah maju aku menemui kaprodi dan meminta ijin untuk cuti kuliah atau kalau diperbolehkan aku ingin terminal kuliah. Sebenarnya tidak mudah membuat keputusan seperti ini. Aku terlebih dahulu harus berdebat dengan Ibu, beliau mengharapkan aku harus berjuang dan semangat untuk kuliah. Jangan sampai putus di tengah jalan lagi. Sementara bapak selalu merasa sedih ketika aku mengutarakan maksud untuk berhenti kuliah. Dan kakak selalu berusaha memberikan semangat agar aku tetap lanjut semampuku. Asalkan jangan sampai berhenti kuliah lagi. Aku benar-benar dilema saat itu. Tidak ada yang tau apa yang terjadi pada tubuhku. Tidak ada yang bisa ikut merasakan apa yang aku rasakan pada tubuhku. Aku benar-benar merasa sendiri saat itu. Dosen kaprodi memberi saran untuk cuti kuliah saja kalau memang kondisiku masih lemah dan butuh istirahat. Kalau untuk terminal kuliah lebih baik jangan, karena semester 6 sudah berlangsung setengah semester dan kurang beberapa bulan sudah masuk ujian semester. Aku benar-benar sudah tak sanggup kalau untuk masuk kuliah lagi. Badanku benar-benar drop. Tapi orang-orang yang melihatku ternyata tidak melihat bahwa aku sakit. Ini yang membuatku saat itu benar-benar terpuruk. Aku ingin menenangkan diriku di rumah dan istirahat total. Tapi usahaku saat itu benar-benar tak membuahkan hasil sama sekali. Aku sudah tak pernah kembali ke kampus saat itu.
Kontrol terakhir di bulan Maret 2013 dan aku menjadi sangat malas untuk kontrol lagi. Kondisiku belum juga membaik. Masih tetap sama, bangun tidur selalu merasakan sakit semua dan badan terasa panas. Kadang juga disertai sakit kepala. Tulang-tulang ngilu dan badanku benar-benar loyo. Selalu seperti itu. Bulan April aku tidak kontrol ke Surabaya. Saat itu memang bertepatan saat pelaksanaan PPL 1 sehingga aku khawatir jika aku ijin kontrol maka saat kelompokku dapat giliran maju aku tak bisa ikut.
Bulan Mei 2013 aku baru kontrol lagi ke Surabaya. Saat itu aku menceritakan semua keluhan-keluhan yang aku rasakan. Punggungku jadi mudah capek ketika dibuat duduk terlalu lama, rasanya seperti selalu ingin rebahan. Saat itu hasil tes darah menunjukkan Hb 9,9 trombosit sudah naik menjadi 133.000. Dokter masih memberi obat seperti biasa dan semakin membuatku frustasi. Aku merasakan keanehan pada tubuhku tapi kenapa dokter tidak melakukan tindakan apa-apa dan hasil tes darah pun menunjukkan bahwa memang masih dalam batas aman. Dua minggu kontrol lagi dan keluhan yang aku rasakan masih sama. Sakit pada punggung dan badan menjadi lemas. Dan penanganan dokter juga masih sama. Aku benar-benar bingung dengan keadaanku sendiri. Kuliahku sudah sangat terbengkalai. Aku sudah hampir selalu absen tiap jam kuliah. Ujian tengah semester 6 sudah tak mampu aku ikuti lagi. Aku benar-benar merasa tak sanggup untuk kembali ke kampus dengan kondisi seperti ini.
 Melakukan foto Thorax dan CT Scan
Bulan Juni 2013 kembali kontrol kali ini keluhanku mulai agak parah kali ini. Tangan kiriku menjadi sangat lemah. Sampai-sampai saat memegang piring tanganku tiba-tiba sangat lemas dan tak bertenaga untuk mengangkat piring akhirnya piring yang aku pegang pun pecah. Ibuku benar-benar kaget saat mengetahui kondisiku yang seperti itu. Dokter akhirnya menyarankan untuk foto Thorax dan melakukan CT scan pada tangan kiriku. Dikhawatirkan terjadi peradangan pada tulang tanganku dan anggota tubuh sebelah kiri karena keluhanku biasanya juga aku merasakan sakit pada tulang pinggul sebelah kiri.
CT scan membuatku semakin sedih karena memerlukan biaya yang sangat besar dan tidak bisa dengan askes. Bagaimana bingungnya ibuku saat itu aku bahkan tidak bisa untuk membantu. Tapi memang selalu ada jalan dan pertolongan dari Allah itu akan selalu datang. Proses CT scan akhirnya dimulai setelah sebelumnya aku tes keadaan ginjal dan hasilnya baik. Setelah itu aku harus puasa selama 2 jam untuk persiapan CT scan. Baru kali ini aku menjalani CT scan dan membuatku sangat takut. Memang tidak sakit tapi aku merasakan kekhawatiran yang teramat sangat ketika melakukan CT scan. Dan aku hanya bisa pasrah menjalani semua ini.
Hasil CT scan bisa diambil keesokan harinya sekaligus menemui dokter. Dan apa yang terjadi dengan hasilnya? Ternyata semuanya normal. Aku senang sekaligus sedih juga saat itu. Lalu sebenarnya aku ini kenapa? kenapa kondisiku sangat lemah dan badanku sakit semua. Semua tes-tes medis menyatakan kalau tulangku normal, ginjal juga tampak baik. Aku semakin putus asa dengan keadaan ini. Dokter akhirnya menurun dosis MethylPrednisolon menjadi 4mg selang-seling. Sehari minum sehari tidak. Ini memang dosis terendah sepanjang perjalanan berobat selama ini. Dan aku diberi obat agar aku bisa istirahat dengan tenang, karena aku memang selalu sulit tidur setiap malam. Bahkan pernah saking frustasinya aku sampai melarikan diri dari rumah untuk mengungsi ke rumah Budheku tanpa pamit. Karena saat itu aku benar-benar kalut. Aku tidak tau harus bagaimana menceritakan apa yang aku rasakan saat itu pada kedua orang tuaku. Dan saat diberondong dengan pertanyaan-pertanyaan dari keluarga budhe aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Karena aku tidak tau harus mengungkapkan keadaan tubuhku seperti apa saat itu dan bagaimana rasanya badanku saat itu.
Tapi itu semua sudah berakhir, aku mencoba untuk telaten minum obat dari dokter yang menimbulkan rasa kantuk yang teramat sangat yang membuatku bisa tidur nyenyak. Aku juga sudah mulai ingin berdamai dengan keadaanku sendiri. Aku memang selama ini ingin hidup normal seperti teman-temanku. Yang dengan bebas dan lincah kesana kemari untuk melakukan segudang aktivitas tanpa terbelenggu dengan kondisi fisik yang lemah. Aku mulai kembali terima dengan keadaanku yang memang sudah seperti ini dari dulu. Hanya saja sekarang kondisiku mulai semakin melemah seiring berjalannya waktu yang menunjukkan bahwa aku sudah lama mengidap penyakit ini. Aku benar-benar harus berdamai dan bisa bersahabat dengan penyakit ini. Aku tidak mau kalah dengan penyakit ini. Aku harus kuat.
Ketika aku merasa sudah mampu untuk mengontrol kondisiku, kembali keinginan untuk ke kampus muncul lagi. Tapi aku tau kalau selama beberapa bulan aku sedikit mengabaikan kuliahku dan sekarang sudah mendekati ujian akhir semester 6. Masihkah ada harapan buatku untuk kembali melanjutkan kuliah? Dan ternyata kesempatan itu masih terbuka lebar untukku. Aku sangat bersyukur diberi kesempatan oleh dosen kaprodi untuk mengikuti UAS semester 6. Walaupun nanti mungkin aku masih akan tetap mengulang mata kuliah yang nilainya masih belum cukup saat semester 8 mendatang. Yang penting nilai ujian semester 6 tidak boleh kosong.
Saat mengikuti UAS semester 6 ini aku merasa seperti orang bodoh sedunia. Aku sudah lama tak mengikuti perkuliahan. Otomatis aku hanya mengetahui materi hanya di awal-awal saja. Sementara soal UAS sangat asing bagiku. Dan aku baru mengerti dan paham ternyata sangat tidak enak menjadi orang yang tidak bisa mengerjakan soal pelajaran apalagi dalam ujian. Sangat bertolak belakang dengan aku yang dulu. Semua teman-teman selalu bertanya padaku apabila mengalami kesulitan saat mengerjakan soal. Tapi saat aku mengalami kesulitan mengerjakan soal yang tidak pernah aku ketahui asal usul sebelumnya apakah mereka membantuku? Hanya sebagian saja^_^ tapi tidak apa-apa. Karena semua yang terjadi padaku ini bukan salah mereka. Sehingga nilaiku saat semester 6 hancur sehancurnya. Dan aku merasa menjadi mahasiswa yang sangat bodoh. Tapi aku tetap bersyukur. Aku masih diberi kesempatan untuk menjadi yang lebih baik. Aku masih diberi kesempatan untuk melanjutkan kuliah lagi walaupun sebelumnya sudah putus asa ingin mogok kuliah gara-gara kondisi yang membuatku frustasi. Yang paling penting aku kuat mengikuti ujian walaupun masih dengan kondisi yang lemah.
Setelah ujian masih ada kegiatan yang menantiku di semester 6. KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang kembali hampir membuatku tidak sanggup lagi untuk melanjutkan kuliah. Tapi semua keluargaku selalu memotivasiku untuk tetap semangat. Mampukah aku untuk melalui semua ini?

Tunggu kelanjutan kisahku di postingan selanjutnya ya^_^ klik untuk lanjut part VIII

0 comments:

Post a Comment