Tuesday 31 March 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA Part VI

Posted by my blog is my life on Tuesday, March 31, 2015 with No comments

Assalamulaikum sahabat-sahabatku. Melanjutkan hasil dari USG kemarin ya^_^

Kembali ke rumah sakit untuk USG kaki
Pagi hari saat kembali ke rumah sakit aku melakukan USG sesuai dengan perintah dokter saat aku kontrol kemarin. USG hanya dilakukan pada kaki kananku, mulai dari atas lutut hingga pergelangan kaki. Saat alat USG mulai bekerja dan bergerak di kakiku yang bengkak aku merasa kesakitan. Karena memang sangat nyeri rasanya. Tapi Alhamdulillah aku masih kuat untuk berjalan sendiri. Tapi kalau untuk sholat aku tidak bisa dengan normal, aku melakukan sholat dengan duduk selonjoran karena kakiku benar-benar tidak bisa dibuat menekuk.

Siang hari menemui dokter dan menunggu hasil USG
            Dokter yang menanganiku ternyata datang lebih cepat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan USG, dan bertanya tentang kondisi kakiku apakah sudah membaik atau belum. Ibuku menjelaskan bahwa hasil USG masih belum jadi. Akhirnya dokter menelpon dokter yang melakukan USG dan memperoleh penjelasan bahwa di kakiku ada penyumbatan pembuluh darah.
            Dokter menjelaskan kepada Ibuku bahwa penyumbatan ini kemungkinan disebabkan oleh darah yang membeku. Kalau dibiarkan maka akan berbahaya. Pembuluh darah akan tertekan dan lama kelamaan akan pecah. Sehingga harus disuntikkan obat pengencer darah agar kakiku tidak membengkak dan darah yang membeku tidak menyumbat pembuluh darah lagi. Karena itu yang membuat kakiku menjadi bengkak. Dibutuhkan sekitar 3 atau 4 kali suntikan agar bisa membuat darah tidak membeku lagi. Untuk mempercepat reaksi obat aku nanti akan disuntik melalui perut. Itu artinya aku harus diopname. Saat itu agaknya Ibuku merasa keberatan kalau aku harus opname lagi, karena di rumah masih ada tanggungan, kakakku baru saja melahirkan dan kondisinya belum pulih seperti sediakala. Sehingga ibuku harus membantu untuk merawat bayi yang usianya belum genap sebulan. Ibuku meminta dokter untuk rawat jalan saja. Tapi dokter menjelaskan bahwa obat yang digunakan untuk sekali suntik harganya lumayan mahal sehingga untuk meringankan biaya dan juga tidak bolak balik ke rumah sakit aku harus diopname kurang lebih selama 1 minggu. Jika diopname aku bisa menggunakan askes sehingga obat suntikan bisa diperoleh secara gratis. Akhirnya Ibuku menyetujui kalau aku diopname saja.
           Ibuku langsung mengurus administrasi untuk memperoleh kamar. Dan ternyata mendapatkan kamar, sangatlah susah. Harus menunggu sampai ada kamar yang kosong terlebih dahulu, karena kebetulan saat itu kamar sudah full semua. Sampai sekitar pukul 9 malam aku baru mendapatkan kamar kelas III yang berisi 3 pasien dalam satu kamar. Sebelum dibawa ke kamar aku diperiksa terlebih dahulu ke ruang medis untuk mendapatkan data mengenai diagnosa penyakitnya. Dan dari situ aku tau apa sakit yang telah menyerang pembuluh darah di kakiku. Dokter menyebutnya DVT. Istilah baru lagi bagiku. Aku tidak tau apa itu DVT dan kenapa juga aku harus menderita DVT di kakiku yang sangat menyiksa dan mengganggu aktifitas. Sampai-sampai aku harus diopname lagi dan disuntik melalui perut yang rasanya juga pasti akan sakit.
            Kali ini obat yang aku konsumsi mulai ditambah dengan obat Simarc2 (Warfarin sodium) untuk membantu mengencerkan darah yang membeku selain dilakukan penyuntikan melalui perut. MethylPrednisolon juga masih aku konsumsi 2x1 dan Azhatioprine yang tidak boleh aku tinggalkan. Kondisiku saat itu memang tidak lemah, dan juga tidak pusing. Keluhan hanya ada di kakiku yang pembuluh darahnya tersumbat sehingga membuat aku mengalami nyeri yang sangat nyeri dan kakiku menjadi besar sebelah. Setiap sore aku disuntik obat melalui perut. Pertama kali saat perawat akan menyuntikku aku agak merasa was-was. Melihat alat yang dibawa saja aku merasa khawatir dengan sakit yang ditimbulkan. Dan ternyata tidak terlalu sakit. Tapi entah karena aku sudah terbiasa dengan rasa sakit sehingga saat aku disuntik melalui perut aku tidak merasa sakit dan tidak merasa khawatir.
            Dua hari opname di rumah sakit membuatku bosan, aku benar-benar ingin pulang. Aku kangen dengan rumah. Tapi kondisiku kakiku masih belum membaik sepenuhnya. Kakiku masih terlihat bengkak dan besar sebelah walaupun tak sebesar saat pertama kali masuk untuk opname. Untuk mengusir kebosanan aku mencoba mencari tau penyakit apa sebenarnya DVT. Melalui artikel yang aku peroleh dari hasil browsing aku mengetahui gambaran tentang DVT.

klik disini

Sampai sekarang sebenarnya aku masih belum tau penyebab pasti kenapa aku bisa sampai terkena DVT. Tiba-tiba darah membeku dan menyumbat pembuluh darah di kaki. Suatu teka-teki yang masih belum bisa aku jawab sendiri. Apa karena kakiku terlalu lama menekuk sehingga darahku tiba-tiba membeku atau karena efek dari anemia hemolitik itu sendiri? aku belum bisa menyimpulkan. Yang aku tau saat itu adalah kakiku rasanya sangat sakit, nyeri, panas, dan bengkak. Dan setelah diberi suntikan pengencer darah perlahan kondisi kakiku mulai membaik. Setelah pulang dari opname di rumah sakit aku masih diberi terapi obat Simarc2 (Warfarin Sodium) obat ini aku konsumsi sekitar 6 bulan lebih. Tapi apapun itu aku tidak peduli aku hanya ingin sembuh dari DVT dan setelah menjalani pengobatan aku akhirnya terbebas dari DVT dan melanjutkan pengobatan untuk anemia hemolitik yang aku derita.
Alhamdulillah kejadian ini berlangsung saat liburan semester 2 sehingga aku tidak perlu untuk ijin tidak kuliah saat diopname. Dan yang paling penting aku masih bisa menyembunyikan tentang penyakitku kepada teman-teman kuliahku. Hanya sahabat-sahabatku yang tau kalau aku opname saat itu. Aku melakukan ini karena aku tidak ingin terlihat berbeda dengan teman-temanku walaupun kenyataan yang sebenarnya aku memang berbeda dengan mereka.
Saat mulai masuk semester 3, keadaanku sudah seperti biasa. Aku sudah terbebas dari DVT, tapi terapi obat warfarin masih tetap berlangsung sampai mendekati awal semester 4 saat aku kuliah. Sementara keadaan anemia hemolitik sudah semakin membaik, aku sudah mulai jarang kambuh lagi. Walaupun Hb hanya sekitar 9 koma tapi menurut dokter kondisi itu sudah cukup bagus. Yang penting masih bisa tetap melakukan aktifitas. Dosis MethylPrednisolon akhirnya diturunkan menjadi hanya 4 mg yang aku konsumsi sehari 1x. Aku sangat senang mendengar semua ini, akhirnya aku hanya meminum MP dengan dosis hanya 4 mg, itu berarti moonface perlahan-lahan akan menghilang dari wajahku.
Aku mulai menjalani kuliahku seperti biasa. Kontrol ke rumah sakit Surabaya tiap bulan dengan teratur. Dan selalu menjaga kondisi agar tidak terlalu kelelahan. Kuliah semester 3-4 aku jalani dengan bahagia. Pergaulanku dengan teman-temanku kuliah terjalin dengan baik. Persahabatanku dengan teman-teman terdekatku juga semakin dekat dan akrab. Kondisiku benar-benar sangat stabil saat itu. Tak ada keluhan yang berarti, hanya ketika masa konsumsi warfarin (pengencer darah) mulai menunjukkan efek samping berupa memar-memar merah pada lutut dan siku. Padahal saat itu aku tidak mengalami benturan. Sehingga saat kontrol dokter mulai menghentikan simarc2 (Warfarin).

Awal Semester 5
            Masuk kuliah awal semester 5 aku sedikit mulai merubah penampilanku. Aku sangat bahagia karena moonface sudah tak tampak pada wajahku. Aku mencoba memakai sepatu high hill yang saat itu juga sempat membuat teman-temanku agak terkejut dengan penampilanku. Hehehehe. Tapi perubahan penampilan itu tak berlangsung lama saat DVT mulai timbul lagi setelah setahun tak muncul. Tiba-tiba saja aku kembali merasakan nyeri pada kakiku. Tapi kali ini tidak di bagian lutut kaki kananku. DVT menyerang di telapak kakiku sebelah kiri. Jari-jari kakiku memerah dan sedikit bengkak. Sangat nyeri rasanya sampai menjalar ke telapak kaki.
            Saat kembali kontrol dan memberitahukan keluhanku pada dokter aku disuruh lagi untuk meminum Simarc2 dan obat anti nyeri untuk mengurangi sakit pada telapak kakiku. Dokter juga melarang minum es terlalu banyak dan usahakan tidak memakai sepatu hak tinggi. Saat mendengar itu aku rasanya ingin tertawa saja. Ternyata merubah penampilan agar terlihat tinggi dengan memakai sepatu hak tinggi malah seperti membuat penyakit pada diriku sendiri. Dan aku sadar bahwa tidak perlu neko-neko lagi dengan memakai sepatu hak tinggi. Biarlah aku memakai sepatu yang nyaman buatku meskipun itu tak membuatku bertambah tinggi. Karena penampilan buatku sekarang adalah nomer yang ke-sekian dibandingkan dengan kesehatanku^_^
            Kuliah semester 5 Alhamdulillah berjalan dengan lancar sampai hari menjelang UAS tiba. Tapi saat pelaksanaan UAS aku merasa kondisiku kurang baik. Tiba-tiba saja aku sering merasa mual dan kelelahan. Aku menyangka mungkin karena aku terlalu memforsir tenagaku untuk belajar persiapan UAS dan mengerjakan tugas-tugas. Sehingga saat hari ke empat UAS aku merasa kondisiku benar-benar kurang fit. Saat tiba di kampus aku merasakan mual yang teramat sangat seperti masuk angin. Tapi Alhamdulillah aku masih mampu menyelesaikan Uas pada hari itu. Pelaksanaan UAS tinggal sehari lagi dan aku berusaha untuk menjaga kondisiku jangan sampai drop sebelum pelaksanaan uas benar-benar selesai. Saat pulang dari kampus aku benar-benar istirahat total dan mengesampingkan untuk belajar. Yang penting aku fit dulu masalah belajar nanti kalau aku merasa sudah baikan.
            Keesokan harinya saat aku bangun. Aku merasakan tubuhku lumayan membaik dan aku keluar menghirup udara segar di depan teras rumah sambil menemani keponakan yang bermain di luar. Tapi tiba-tiba saja aku merasakan mataku seperti berkunang-kunang dan merasakan pusing yang teramat sangat pada kepalaku. Aku langsung masuk kamar dan mengistirahatkan badanku. Tapi saat aku membuka mata aku melihat sekeliling menjadi berputar semuanya berputar dan aku merasakan mual sampai ingin muntah saat membuka mataku. Akhirnya aku hanya bisa memejamkan mataku dan perutku menjadi semakin mual sampai aku muntah. Seperti biasa Ibu mulai panik melihat kondisiku yang tiba-tiba drop seperti itu. Kondisiku memang sangat lemah aku merasakan mual yang begitu hebatnya pada perutku dan merasakan mataku yang berkunang-kunang dan kepalaku sakit sekali. Setiap kali membuka mata semuanya berputar.
            Ibuku mencoba memberikan aku obat untuk lambung untuk diminum, biasanya ketika aku mengalami mual ibu selalu memberikan pertolongan pertama seperti itu dan menyuruhku untuk sarapan. Tapi kali ini aku benar-benar tidak bisa. Aku merasa setiap kali aku memasukkan makanan ke dalam perutku rasa mual mulai muncul dan langsung aku muntahkan. Selalu seperti itu sampai aku merasa sangat lemas.
            Akhirnya ibu memutuskan untuk membawaku ke Rumah sakit lamongan. Ibu khawatir nanti kalau dibiarkan lama-lama berpengaruh pada Hb dan trombositku. Setelah konsultasi dengan dokter lamongan via telepon dokter menyuruh untuk segera di bawa ke UGD saja. Saat berangkat ke lamongan aku sudah tidak bisa membuka mata. Aku terus muntah di dalam mobil sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Kepalaku rasanya begitu sakit sampai aku rasanya tidak kuat untuk merasakan sakitnya kepala yang seperti itu. Sampai di rumah sakit aku sudah tidak kuat jalan, aku pasrah saja ketika orang-orang membopongku untuk dipindahkan ke ranjang untuk di bawa ke UGD. Semua orang disana menyangka aku adalah korban kecelakaan karena aku didorong di atas ranjang dengan keadaan yang sudah lemas dan tidak bisa membuka mata. Tapi aku masih sadar saat itu. Aku memang sengaja untuk memejamkan mata karena saat aku membuka mata aku akan merasakan pusing yang teramat sangat di kepalaku dan ingin muntah.
            Setelah dilakukan pemeriksaan, Alhamdulillah Hb dan Trombosit masih dalam batas aman walaupun memang belum bisa normal. Hanya saja keadaanku memang lemas karena dari pagi muntah terus dan kepalaku juga masih terasa sangat pusing dan masih belum bisa membuka mata. Dokter akhirnya menyarankan untuk opname saja agar bisa diinfus dan tidak kehabisan cairan karena aku sama sekali tidak mau makan dan muntah terus. Agak merasa terbebani juga pikiranku saat itu yang belum ijin ke dosen untuk tidak ikut UAS. Dan ditambah lagi di rumah ada si kecil yang harus ditinggal di rumah sendirian.
Opname kali ini memang penuh dengan beban dan pikiran. Opname yang tidak disangka-sangka dan terjadi dengan tiba-tiba setelah sekian lama tak merasakan jarum suntik dan infus. Opname yang mengawali kondisiku kembali mulai melemah lagi sampai aku benar-benar drop saat semester 6 dan berniat untuk putus kuliah lagi. Kondisi yang membuatku harus meminum dosis MP yang dinaikkan lagi. Kondisi yang membuatku kembali merasakan pandangan aneh dari teman-teman kuliahku. Kondisi yang membuatku harus dilakukan tindakan CT scan. Kondisi yang membuatku harus dilakukan Tes Bone-Densitometri. Hingga akhirnya dilakukan ANA-Test.

Kisah lengkapnya tunggu di postingan selanjutnya ya^_^ semoga bisa diambil hikmahnya.
klik disini untuk lanjut part VII 

Saturday 21 March 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA Part V

Posted by my blog is my life on Saturday, March 21, 2015 with No comments
Assalamualaikum ^_^ Pada postingan lalu aku menceritakan kalau aku harus diopname lagi karena trombosit yang selalu rendah. Hanya sekitar 13.000 dan Hbku ternyata saat itu hanya 7, Total trombosit yang ditranfusikan sudah mencapai 8 kantong tapi hanya mengalami peningkatan sedikit kalau tidak salah hanya mencapai 66ribu atau berapa gitu ya aku agak-agak lupa. Yang pasti saat kembali ke rumah kondisiku masih belum 100% normal.

Setelah opname aku kembali rajin ke rumah sakit lagi untuk kontrol
Beberapa bulan kontrol kondisiku memang membaik. Cuma hasil tes darah sama sekali tidak mengalami peningkatan. Hasilnya datar. Hb belum bisa normal trombosit juga masih belum bisa normal. Dan dokter yang menanganiku saat itu mendiagnosa bahwa aku terkena ITP. Ini karena trombositku sangat rendah sehingga dokter menyebutnya ITP.

Saat itu gejala-gejala yang aku alami memang menunjukkan bahwa aku sering mengalami pendarahan. Aku jadi sering sekali mimisan. Dan yang paling tidak aku duga adalah setiap bangun tidur selalu keluar darah dari gusiku. Dan itu berbentuk gumpalan-gumpalan darah yang keluar dari sela-sela gigi. Kadang berhentinya keluar darah dari gusi itu sangat lama. Setiap dibersihkan muncul lagi dan begitu terus sampai terkadang aku capek untuk menunggu berhentinya darah yang keluar.

Badanku juga sering muncul memar. Seperti habis terbentur dan timbul gosong-gosong. Kadang aku juga mulai merasakan sakit semua di tulang-tulangku apalagi bagian persendian. Kadang di siku, kadang di lutut, pergelangan tangan maupun kaki. Kadang terasa sangat ngiluu yang teramat sangat pada tulang-tulangku. Ketika dipijat rasanya tidak mempan. Karena rasa ngilunya itu seperti di dalam tulang. Sehingga terkadang ibuku mengompres kakiku dengan air hangat. Pernah saat tengah malam aku merasakan ngilu yang teramat sangat pada kakiku, yang membuat perutku rasanya sangat kaku menahan rasa ngilu. Sudah dipijat, dioles balsem masih belum juga hilang rasa ngilunya. Dan saat dikompres dengan air hangat perlahan-lahan mulai reda rasa ngilu itu. Dan itu berlangsung sangat lama. Tidak heran kalau dokter mendiagnosa aku terkena ITP. Jujur aku merasa aneh dengan istilah itu. Aku mulai mencari tau tentang ITP dan mulai membaca artikel yang aku peroleh.


Akhirnya Ibuku meminta dokter untuk merujukku ke rumah sakit Surabaya saja. Sebenarnya agak ngeri kalau harus berobat ke Surabaya. Entah kenapa kalau mendengar rumah sakit Karangmenjangan itu aku merasa merinding. Aku pun dibawa Ibuku untuk berobat ke sana dan menemui dokter yang disarankan oleh dokter yang menanganiku di Lamongan. Ini sebenarnya juga untuk memastikan penyakit apa yang aku derita. Anemia Hemolitik atau ITP?

Tahun 2010 mulai berobat ke Surabaya
Aku dirujuk ke rumah sakit Surabaya poli onkologi. Dan sayangnya saat itu di poli aku tidak bisa bertemu langsung dengan dokter yang disarankan oleh dokter lamongan. Tapi kata perawat dokter yang aku maksud itu masih ada praktik di Graha Amerta. Akhirnya aku menemui dokter itu di Graha amerta. Saat awal bertemu dokter di Surabaya, Ibuku menceritakan semua gejala-gejala yang aku alami mulai dari aku didiagnosa sakit anemia hemolitik dan ITP.

Dokter sepertinya sudah memahami gejala-gejala yang aku alami. Dan memberiku resep obat. Dan lagi-lagi MethylPrednisolon diberikan padaku. Aku diberikan dosis 4mg yang diminum 3x1. Dan diberikan folavit 400 yang diminum 2x1. Aku tidak diperbolehkan meminum colescor lagi. Dan juga tidak boleh minum obat penambah darah. Karena obat itu akan semakin membuat kondisiku semakin buruk. Karena saat aku meminum obat penambah darah otomatis darah yang ada dalam tubuhku akan meningkat. Dan otomatis juga persediaan bank darah yang banyak akan semakin membuat antibodi melakukan penghancuran sel darah merah dengan ganasnya. Sehingga untuk menghindari itu dokter melarang untuk minum obat penambah darah.

Saat itu jadwal kontrolku 2 minggu sekali. Dokter memberiku pengantar laboratorium untuk melakukan comb test. Ini untuk mengetahui kelainan darah apa yang aku alami. Hasil comb test menunjukkan hasil yang tidak bisa aku mengerti. Saat aku kontrol dokter menjelaskan bahwa aku positif terkena anemia hemolitik. Dan dokter mulai melakukan terapi pengobatan dengan perlahan tapi pasti. Aku seperti mengalami masa-masa awal pengobatan lagi. Aku kembali mengkonsumsi MethylPrednisolon dengan teratur 3x1 yang nantinya akan dikurangi dosisnya secara bertahap oleh dokter. Folavit masih tetap diminum untuk vitamin. Dan ditambah lagi Azhatioprine agar trombositnya bisa cepat naik.

Tahun 2010 fokus memulihkan kondisi
Selama setahun aku hanya fokus menjalani pengobatan. Saat itu aku tidak melanjutkan kuliah dulu. Dari tahun 2009 - 2010 aku istirahat di rumah dan rutin kontrol di Surabaya. Obat aku konsumsi dengan teratur dan kondisiku berangsur-angsur membaik. Dan moonface kembali menemaniku lagi.
Tapi aku tidak khawatir dan tidak merasa malu sama sekali. Karena memang inilah aku yang ditakdirkan untuk memiliki moonface. Aku berniat dalam hatiku saat itu, kalaupun memang moonface ini lebih baik aku akan siap untuk menerimanya. Karena walaupun aku mengalami moonface tapi aku bisa beraktifitas. Daripada aku memiliki wajah normal tapi badanku tidak bisa diajak beraktifitas apa gunanya. Lagipula masih ada harapan untuk menghindari moonface. Dokter Surabaya meyakinkan bahwa kalau kondisiku membaik, dosis MP yang aku minum akan dikurangi.

Aku seperti mendapatkan kekuatan dan semangat baru. Dan niat untuk melanjutkan kuliah lagi muncul dalam hatiku. Tapi kali ini aku tidak akan kuliah di Surabaya lagi. Aku ingin kuliah yang dekat dengan rumah sehingga aku tidak perlu untuk ngekos. Dan aku mendapatkan perguruan tinggi yang sesuai dengan kriteriaku. Aku mengikuti tes masuk PTS di Tuban. Walaupun tak sebonafit perguruan tinggi yang aku masuki di Surabaya, aku tidak peduli. aku bertekad akan kuliah di Tuban dengan sabaik-baiknya. Aku akan menikmati setiap detik yang aku habiskan di PTS Tuban. Yang aku harapkan saat itu aku ingin sehat dan bisa melakukan aktifitas seperti kebanyakan teman-temanku yang lainnya.

Mulai kuliah lagi di Tuban
Saat itu bulan agustus aku mengikuti tes ujian masuk di PTS Tuban. Aku mengikutinya dengan percaya diri. Aku tidak peduli dengan tatapan orang yang melihatku. Karena saat itu aku memang gendut di pipi dan badanku juga terlihat agak gemuk. Karena setahun aku di rumah istirahat total tidak pernah bepergian kemana-mana. Tapi selama setahun istirahat di rumah itu aku sambi dengan memberikan les pada anak-anak SD yang berniat les di rumahku. Aku beranggapan bahwa walaupun aku di rumah tapi ilmuku masih bisa bermanfaat untuk semuanya. Alhamdulillah setelah beberapa minggu aku melihat pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Dan aku masuk di PTS Tuban^_^ awal masuk kuliah dijadwalkan pada pertengahan bulan Oktober. Jadi aku masih punya waktu satu bulan untuk mempersiapkan kuliahku. Dan kebetulan saat itu akan dilaksanakan acara pernikahan kakakku pada bulan September.

Foto kenangan saat moonface kembali menyertai hari-hariku

Saat mulai masuk kuliah Oktober 2010
Awal masuk kuliah moonface masih menyertaiku. Tapi saat itu dari dosis MP 12 mg sudah dikurangi oleh dokter menjadi 8 mg diminum 2x1. Sebelumnya ada kegiatan ospek 2 hari dan aku hanya bisa mengikuti satu hari itupun hanya setengah hari. Dan lagi-lagi penyebabnya karena kondisiku.
Semester 1 aku jalani dengan sangat gembira. Aku begitu senang mengikuti kegiatan perkuliahan yang menurutku sangat cocok dengan kemampuan dan kekuatan badanku. Aku mengambil kuliah pada jam siang dan pulang sore. Walaupun sebenarnya aku ingin ikut kelas pagi, tapi saat itu aku sudah kehabisan kelas. Karena saat memilih kelas aku tidak mengikutinya. Sehingga aku harus menyusul untuk mendaftar ke kelas siang.

Aku menyembunyikan kepada semua teman-temanku tentang penyakitku. Dan mereka juga tidak ada yang menyadari kalau saat itu aku sedang mengidap penyakit anemia hemolitik. Moonface juga perlahan-lahan mulai menyusut. Kuliahku berjalan dengan lancar. Aku termasuk mahasiswa yang rajin masuk kuliah. Aku tak pernah absen ikut perkuliahan. Karena kuliahku saat itu hanya 3 hari. Dan jadwal kontrol ke Surabaya selalu aku ambil saat aku libur kuliah. Sungguh saat itu aku merasa sama dengan teman-temanku. Tak ada yang membedakan aku dengan mereka. Mereka kuliah aku juga kuliah^_^ Kondisiku benar-benar baik saat itu. Sampai hari menjelang UAS aku mengikuti perkuliahan dengan sangat senang.

Liburan semester 1 masih sempat mengikuti kursus desain grafis
Setelah UAS pastinya ada liburan semester yang lumayan lama. Aku memanfaatkan liburanku itu untuk mengikuti kursus yang saat itu kebetulan ada promo. Aku menghabiskan liburan kuliahku dengan giat mengikuti kursus. Awalnya memang aku sanggup mengikutinya dengan semangat. Tapi ternyata sampai masuk kuliah semester 2 kursus ini masih belum selesai. Dan itu membuat kondisi badanku mulai melemah. Aku capek harus mengikuti kursus di pagi hari dan siangnya lanjut mengikuti kuliah. Memang jadwalnya ada perubahan hari. Kursus yang awalnya di hari minggu berubah jadi hari selasa seingatku dulu. Dan itu bersamaan dengan jadwal kuliahku. Akhirnya aku mengikuti kursus dengan perasaan enggan. Mau gak diterusin itu kok tinggal beberapa pertemuan. Tapi kalau dilanjutin kok lumayan menguras tenaga juga. Alhamdulillah akhirnya aku mampu menyelesaikan kursus walaupun dengan susah payah. Sebenernya tak semudah dan tak secepat ini juga aku menyelesaikan kursus yang sempat membuatku khawatir akan kondisiku sendiri. Saat kelelahan mengikuti kursus dan kuliah aku merasa putus asa lagi. Aku mulai merasa sedih karena aku terlalu ceroboh saat itu. Seharusnya waktu liburan aku gunakan untuk di rumah saja beristirahat. Tapi karena aku merasa aku sudah sehat akupun mengikuti kursus. Dan akhirnya itu menyadarkanku kalau aku tidak boleh terlena dengan keadaanku yang seolah-olah sehat. Tapi sebenarnya membutuhkan perhatian khusus agar tidak kecapekan dan kelelahan. Setelah aku bebas dari kursus aku menjalani kuliahku di semester 2 dengan lega dan tanpa beban^_^ kembali aku menikmati masa-masa kuliahku.

Sudah hampir setahun kuliah aku menemukan teman-teman yang mampu mengerti aku. Sahabat-sahabat yang mengerti dengan keadaanku. Walaupun aku masih belum menceritakan semua tentang kondisiku yang sebenarnya berbeda dengan mereka. Ini berawal dari saat jadwal kuliah ada perubahan. Saat itu jadwal kuliah siang diganti jam pagi. Tapi siangnya masih ada kuliah lagi. Dan mau tidak mau saat-saat aku membawa bekal akan terulang kembali disini. Dan sesuai dengan dugaan. Teman-temanku merasa aneh dengan aku yang membawa bekal di kampus. Saat makan aku ditemani oleh sahabat-sahabatku. Awalnya ada 2 orang sahabatku yang menemaniku saat itu. Hanya mereka yang tau tentang alasan kenapa aku harus membawa bekal dan tidak memilih untuk beli makanan di warung saja. Aku hanya menceritakan yang perlu aku ceritakan saja kepada mereka. Dan tentang kondisiku yang sebenarnya masih tertutup rapat.

Semester 2 aku mulai ada absen saat kuliah. Kadang itu bertepatan dengan jadwalku kontrol. Kadang juga saat itu aku merasa badanku panas atau capek semua sehingga aku memutuskan untuk istirahat dulu. Tapi walaupun begitu aku masih tetep gembira dan semangat mengikuti perkuliahan. Dan tentang kondisiku yang berbeda dengan mereka masih tersimpan rapi.

moonface sudah mulai berkurang walaupun masih terlihat tembem


Liburan UAS semester 2
Liburan semester genap ini sangat lama menurutku. Tapi aku tidak mau terlena lagi. Aku tidak mau mengikuti kegiatan apapun. Liburan kali ini aku manfaatkan untuk istirahat di rumah saja. Saat mulai masuk kuliah kegiatan les sempat berhenti beberapa bulan. Dan aku kembali membuka les untuk anak-anak SD dan MI di rumah. Waktu memberikan les dimulai malam hari sehabis magrib sampai pukul 8 atau terkadang kalau banyak PR sampai pukul setengah 9. Saat pagi hari aku mulai merasa bosan. Kegiatanku hanya begitu-begitu saja. Tapi aku mencoba untuk menikmati hari-hariku.
Liburan semester 2 sudah masuk di pertengahan 2011, saat itu bulan Agustus bertepatan dengan kelahiran keponakanku yang pertama. Alhamdulillah kakakku melahirkan dengan normal dan anggota keluargaku sekarang bertambah. Tapi inilah yang membuatku menjadi manusia yang tidak berguna. Entah kenapa saat itu aku merasakan keruwetan di dalam rumah. Dan aku sama sekali tidak bisa membantu meringankan pekerjaan ibuku. Sejak memiliki momongan memang agak bertambah pula kesibukan di rumahku. Tapi aku selalu berusaha membantu pekerjaan ibu sebisaku. Aku mulai mencoba mencuci bajuku sendiri walaupun hanya menguceknya. Aku juga tidak kuat kalau harus duduk terlalu lama dan mencuci baju sampai selesai. Kemudian saat aku merasa sehat aku sedikit-sedikit mencoba menyetrika bajuku sendiri. Hari pertama aku memang tak merasakan apa-apa. Tapi hari kedua saat menyetrika aku merasakan pusing di kepalaku dan aku menyerah. Aku tidak lagi ngoyo untuk melakukan pekerjaan rumah yang justru nantinya akan membuatku sakit dan merepotkan banyak orang.
Tibalah saat acara syukuran aqiqoh untuk keponakanku. Aku turut serta membantu untuk menata berkatan yang akan dibagikan ke tetangga. Saat itu posisiku selalu duduk dan sama sekali tak bergerak sampai akhirnya proses pembungkusan berkat selesai. Dan malam harinya aku merasakan lututku sakit sekali. Tapi aku memang sudah sering mengalami sakit di persediaan. Akupun mengabaikan sakit ini karena biasanya 3 hari sakit di lutut akan sembuh dengan sendirinya. Tapi setelah seminggu ternyata belum ada tanda-tanda membaik. Aku selalu merasa kesulitan saat mau sujud atau duduk saat sholat. Rasanya sangat sakiiit dan ngilu. Sampai akhirnya aku merasakan sakit yang berbeda pada kakiku sebelah kanan tepatnya di lututku.

Bertepatan dengan jadwal kontrol, aku pun diantar ibuku ke Surabaya. Dokter rupanya agak terkejut saat melihat kakiku yang membengkak. Sampai-sampai saat memegangnya sangat hati-hati. Karena memang kakiku saat itu sudah sangat membengkak dan sakit luar biasa. Bahkan dipegang saja menimbulkan rasa sakit yang luar biasa sakitnya. Dokter masih belum bisa memprediksi apa yang terjadi pada kakiku. Aku harus melakukan tes D-dimer dan juga harus melakukan USG pada kakiku yang membengkak. Saat itu dokter memprediksi ada penyumbatan di pembuluh darahku yang berada di kaki. Tapi dokter masih belum bisa memastikan diagnosa itu benar atau tidak. Besoknya aku disuruh kembali lagi oleh dokter untuk di USG. Saat itu dokter bilang kalau ternyata hasil USG membuktikan di kakiku terjadi penyumbatan pembuluh darah maka aku harus diopname dulu.

Bagaimana jawaban hasil USG yang aku lakukan keesokan harinya? Apakah aku akan diopname lagi? atau masih bisa diatasi dengan rawat jalan? Temukan jawabannya di postinganku selanjutnya yaaa^_^ klik disini untuk lanjut part VI

Thursday 19 March 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA (Berbagi Ilmu itu Indah^_^)

Posted by my blog is my life on Thursday, March 19, 2015 with 90 comments
Assalamualaikum sahabat-sahabatku ^_^ Alhamdulillah akhirnya masih diberi kesempatan untuk bisa berbagi kisah dan pengalaman yang tentunya bisa bermanfaat untuk kalian semua. Aku selalu berharap mudah-mudahan postinganku selalu bisa bermanfaat dan bisa menjadi motivasi untuk kalian yang membaca agar selalu bersyukur dengan apa yang kalian miliki sekarang. Karena di luar sana masih banyak orang yang mungkin tidak memiliki apa yang kalian miliki sekarang. Selalu bersyukur dan jangan suka mengeluh yaaa^_^ tetap semangat kawan.
Pada postingan sebelumnya aku bercerita tentang diagnosa dokter yang mengatakan bahwa aku terkena didiagnosa terkena anemia hemolitik. Sekarang alangkah baiknya kalau aku sedikit memberikan penjelasan tentang apa itu penyakit anemia hemolitik?
Sejak dokter pertama kali mendiagnosa kalau aku terkena penyakit itu aku selalu melalui artikel yang aku peroleh dari hasil browsing. Dari hasil browsing aku memperoleh informasi dan gambaran tentang apa itu anemia hemolitik.



Artikel pertama bersumber dari : http://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2013/04/gejala-dan-peyebab-anemia-hemolitik.html

Penyakit anemia hemolitik
adalah salah satu jenis penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh meningkatnya proses penghancuran sel darah merah dalam tubuh. Apabila dibiarkan tentu keadaan seperti ini akan berdampak buruk pada penderita. Pada kondisi normal, sel darah merah akan bertahan dalam waktu 120 hari, namun pada penderita anemia hemolitik penghancuran sel darah merah terjadi lebih cepat. Hal ini akan menyebabkan penurunan sel darah merah, yang bersifat sementara atau secara terus menerus.

Gejala Anemia Hemolitik
Gejala anemia hemolitik hampir sama dengan anemia yang lain. Kadang-kadang gejala hemolisis terjadi secara tiba-tiba, terasa sangat berat dan menyebabkan krisis hemolitik, yang ditandai dengan:
§ Menggigil
§ Demam
§ Perasaan melayang
§ Nyeri punggung dan nyeri lambung
§ Penurunan tekanan darah.
§ Sakit kuning (jaundice) dan air kemih yang berwarna gelap bisa terjadi karena bagian dari sel darah merah yang hancur masuk ke dalam darah.
§ Limpa membesar karena menyaring sejumlah besar sel darah merah yang hancur, sehingga sering menyebabkan nyeri perut.

Penyebab Lain Anemia Hemolitik
Penyakit anemia sering terjadi akibat dari sumsum tulang tidak mampu mengatasi akibat dari usia sel darah merah yang pendek, atau bisa juga terjadi akibat gangguan dari beberapa faktor. Sumsum tulang akan berusaha mengganti dan mempercepat pembentukan sel darah merah, dan apabila keadaan tersebut terjadi terus menerus akan menyebabkan anemia hemolitik. Terjadinya seseorang menderita penyakit anemia hemolitik yaitu akibat dari adanya beberapa faktor yang menjadi pemicunya, seperti :
§ Adanya kelainan pada sel darah merah pada tubuh (seperti adanya kelainan kelainan pada kandungan hemoglobin, kelainan pada fungsi sel darah merah, dll).
§ Ada penyakit tertentu (seperti penyakit kanker tertentu terutama limfoma atau lupus eritematosus sistemik).
§ Konsumsi obat-obatan tertentu (seperti dapson, metildopa, hingga golongan sulfa).
§ Terjadi sumbatan pada pembuluh darah.
§ Terjadi pembesaran pada limpa.
§ Sistem kekebalan yang menghancurkan reaksi autoimun.
Apabila anda orang didekat anda mengalami gejala penyakit ini, sebaiknya segera periksa ke dokter untuk pengobatan. Apabila Anemia hemolisis yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan batu empedu yang berpigmen, dimana batu empedu berwarna gelap yang berasal dari pecahan sel darah merah.

Dan dari artikel kedua yang mewakili penjelasan dari Anemia Hemolitik, bersumber dari: http://indonesiaindonesia.com/f/13478-anemia-hemolitik/

DEFINISI
Anemia Hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darah merah. Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya dan merusaknya.
Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik.

PEMBESARAN LIMPA
Banyak penyakit yang dapat menyebabkan pembesaran limpa. Jika membesar, limpa cenderung menangkap dan menghancurkan sel darah merah; membentuk suatu lingkaran setan, yaitu semakin banyak sel yang terjebak, limpa semakin membesar dan semakin membesar limpa, semakin banyak sel yang terjebak.
Anemia yang disebabkan oleh pembesaran limpa biasanya berkembang secara perlahan dan gejalanya cenderung ringan. Pembesaran limpa juga seringkali menyebabkan berkurangnya jumlah trombosit dan sel darah putih. Pengobatan biasanya ditujukan kepada penyakit yang menyebabkan limpa membesar. Kadang anemianya cukup berat sehingga perlu dilakukan pengangkatan limpa (splenektomi).

KERUSAKAN MEKANIK PADA SEL DARAH MERAH
Dalam keadaan normal, sel darah merah berjalan di sepanjang pembuluh darah tanpa mengalami gangguan. Tetapi secara mekanik sel darah merah bisa mengalami kerusakan karena adanya kelainan pada pembuluh darah (misalnya suatu aneurisma), katup jantung buatan atau karena tekanan darah yang sangat tinggi. Kelainan tersebut bisa menghancurkan sel darah merah dan menyebabkan sel darah merah mengeluarkan isinya ke dalam darah.
Pada akhirnya ginjal akan menyaring bahan-bahan tersebut keluar dari darah, tetapi mungkin saja ginjal mengalami kerusakan oleh bahan-bahan tersebut. Jika sejumlah sel darah merah mengalami kerusakan, maka akan terjadi anemia hemolitik mikroangiopati. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan pecahan dari sel darah merah pada pemeriksaan contoh darah dibawah mikroskop. Penyebab dari kerusakan ini dicari dan jika mungkin, diobati.

REAKSI AUTOIMUN
Kadang-kadang sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan fungsi dan menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagai bahan asing (reaksi autoimun). Jika suatu reaksi autoimun ditujukan kepada sel darah merah, akan terjadi anemia hemolitik autoimun.
Anemia hemolitik autoimun memiliki banyak penyebab, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Diagnosis ditegakkan jika pada pemeriksaan laboratorium ditemukan antibodi (autoantibodi) dalam darah, yang terikat dan bereaksi terhadap sel darah merah sendiri. Anemia hemolitik autoimun dibedakan dalam dua jenis utama, yaitu anemia hemolitik antibodi hangat (paling sering terjadi) dan anemia hemolitik antibodi dingin.
Anemia Hemolitik Antibodi Hangat.
Anemia Hemolitik Antibodi Hangat adalah suatu keadaan dimana tubuh membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh. Autoantibodi ini melapisi sel darah merah, yang kemudian dikenalinya sebagai benda asing dan dihancurkan oleh sel perusak dalam limpa atau kadang dalam hati dan sumsum tulang. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita.
Sepertiga penderita anemia jenis ini menderita suatu penyakit tertentu (misalnya limfoma, leukemia atau penyakit jaringan ikat, terutama lupus eritematosus sistemik) atau telah mendapatkan obat tertentu, terutama metildopa. Gejalanya seringkali lebih buruk daripada yang diperkirakan, mungkin karena anemianya berkembang sangat cepat. Limpa biasanya membesar, sehingga bagian perut atas sebelah kiri bisa terasa nyeri atau tidak nyaman.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya. Jika penyebabnya tidak diketahui, diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dosis tinggi, awalnya melalui intravena , selanjutnya per-oral (ditelan). Sekitar sepertiga penderita memberikan respon yang baik terhadap pengaobatan tersebut. Penderita lainnya mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat limpa, agar limpa berhenti menghancurkan sel darah merah yang terbungkus oleh autoantibodi. Pengangkatan limpa berhasil mengendalikan anemia pada sekitar 50% penderita. Jika pengobatan ini gagal, diberikan obat yang menekan sistem kekebalan (misalnya siklosporin dan siklofosfamid).
Transfusi darah dapat menyebabkan masalah pada penderita anemia hemolitik autoimun. Bank darah mengalami kesulitan dalam menemukan darah yang tidak bereaksi terhadap antibodi, dan transfusinya sendiri dapat merangsang pembentukan lebih banyak lagi antibodi.
Anemia Hemolitik Antibodi Dingin
Anemia Hemolitik Antibodi Dingin adalah suatu keadaan dimana tubuh membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah merah dalam suhu ruangan atau dalam suhu yang dingin.
Anemia jenis ini dapat berbentuk akut atau kronik. Bentuk yang akut sering terjadi pada penderita infeksi akut, terutama pneumonia tertentu atau mononukleosis infeksiosa. Bentuk akut biasanya tidak berlangsung lama, relatif ringan dan menghilang tanpa pengobatan. Bentuk yang kronik lebih sering terjadi pada wanita, terutama penderita rematik atau artritis yang berusia diatas 40 tahun.
Bentuk yang kronik biasanya menetap sepanjang hidup penderita, tetapi sifatnya ringan dan kalaupun ada, hanya menimbulan sedikit gejala. Cuaca dingin akan meningkatkan penghancuran sel darah merah, memperburuk nyeri sendi dan bisa menyebabkan kelelahan dan sianosis (tampak kebiruan) pada tangan dan lengan. Penderita yang tinggal di daerah bercuaca dingin memiliki gejala yang lebih berat dibandingkan dengan penderita yang tinggal di iklim hangat.
Diagnosis ditegakkan jika pada pemeriksaan laboratorium ditemukan antibodi pada permukaan sel darah merah yang lebih aktif pada suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh. Tidak ada pengobatan khusus, pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejalanya. Bentuk akut yang berhubungan dengan infeksi akan membaik degnan sendirinya dan jarang menyebabkan gejala yang serius. Menghindari cuaca dingin bisa mengendalikan bentuk yang kronik.

HEMOGLOBINURIA PAROKSISMAL NOKTURNAL
Hemoglobinuria Paroksismal Nokturnal adalah anemia hemolitik yang jarang terjadi, yang menyebabkan serangan mendadak dan berulang dari penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan. Penghancuran sejumlah besar sel darah merah yang terjadi secara mendadak (paroksismal), bisa terjadi kapan saja, tidak hanya pada malam hari (nokturnal), menyebabkan hemoglobin tumpah ke dalam darah. Ginjal menyaring hemoglobin, sehingga air kemih berwarna gelap (hemoglobinuria). Anemia ini lebih sering terjadi pada pria muda, tetapi bisa terjadi kapan saja dan pada jenis kelamin apa saja.
Penyebabnya masih belum diketahui. Penyakit ini bisa menyebabkan kram perut atau nyeri punggung yang hebat dan pembentukan bekuan darah dalam vena besar dari perut dan tungkai. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium yang bisa menemukan adanya sel darah merah yang abnormal, khas untuk penyakit ini. Untuk meringankan gejala diberikan kortikosteroid (misalnya prednison). Penderita yang memiliki bekuan darah mungkin memerlukan antikoagulan (obat yang mengurangi kecenderungan darah untuk membeku, misalnya warfarin). Transplantasi sumsum tulang bisa dipertimbangkan pada penderita yang menunjukkan anemia yang sangat berat.

PENYEBAB
Sejumlah faktor dapat meningkatkan penghancuran sel darah merah:
- Pembesaran limpa (splenomegali)
- Sumbatan dalam pembuluh darah
- Antibodi bisa terikat pada sel darah merah dan menyebabkan sistem kekebalan menghancurkannya dalam suatu reaksi autoimun
- Kadang sel darah merah hancur karena adanya kelainan dalam sel itu sendiri (misalnya kelainan bentuk dan permukaan, kelainan fungsi atau kelainan kandungan hemoglobin)
- Penyakit tertentu (misalnya lupus eritematosus sistemik dan kanker tertentu, terutama limfoma)
- Obat-obatan (misalnya metildopa, dapson dan golongan sulfa).

GEJALA
Gejala dari anemia hemolitik mirip dengan anemia yang lainnya. Kadang-kadang hemolisis terjadi secara tiba-tiba dan berat, menyebabkan krisis hemolitik, yang ditandai dengan:
- demam
- menggigil
- nyeri punggung dan nyeri lambung
- perasaan melayang
- penurunan tekanan darah yang berarti.
- Sakit kuning (jaundice) dan air kemih yang berwarna gelap bisa terjadi karena bagian dari sel darah merah yang hancur masuk ke dalam darah.
- Limpa membesar karena menyaring sejumlah besar sel darah merah yang hancur, kadang menyebabkan nyeri perut.
Hemolisis yang berkelanjutan bisa menyebabkan batu empedu yang berpigmen, dimana batu empedu berwarna gelap yang berasal dari pecahan sel darah merah.

Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan buat kita semua \^_^/

Thursday 12 March 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA Part IV

Posted by my blog is my life on Thursday, March 12, 2015 with 18 comments


Assalamualaikum sahabat semua^_^ melanjutkan kisah yang sempat terputus ceritanya kemarin yaa. Semoga postinganku kali ini bermanfaat untuk kalian semua. Selamat membaca

Tiba-tiba mimisan
Setelah Ibuku mendapat resep obat dari dokter via telepon yang saat itu aku lupa nama obatnya. Aku segera minum obat itu agar darah yang keluar dari hidungku segera berhenti. Setelah beberapa menit, Alhamdulillah aku sudah tidak mimisan lagi. Dan aku sangat bersyukur karena aku tidak jadi dibawa ke rumah sakit lagi. Ini mungkin hanya efek kecapekan.

Tuesday 10 March 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA Part III

Posted by my blog is my life on Tuesday, March 10, 2015 with 4 comments

Assalamualaikum sahabat^_^ lanjut lagi ke perjalanan kisahku dengan AIHA yang selalu setia mendampingiku. Semoga kisahku ini bermanfaat untuk sahabat semuanya dimanapun kalian berada. Tetap semangat ya\^_^/...

Hasil endoskopi ternyata?
Setelah sebelumnya dokter merasa kebingungan saat melihat aku mengeluh kesakitan saat rasa sakit itu kambuh, sampai-sampai dokter menyuruh Ibuku untuk mengompres perutku dengan air hangat. Dan rasa sakit di perutku itu tak kunjung mereda. Dan begitu juga ketika sudah diberi antinyeri hanya sebentar saja bereaksi tapi kalau sudah habis obatnya maka akan sangat-sangat terasa sakit sekali. Bahkan saking bingungnya dokter pernah menyarankan untuk kerokan dengan balsem saja.

Saturday 7 March 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA Part II

Posted by my blog is my life on Saturday, March 07, 2015 with 7 comments

Pengobatan saat sudah mengetahui aku terkena anemia hemolitik
Setelah melalui beberapa tes dan opname-opname yang sudah tidak bisa dihitung lagi sudah berapa kali, aku pun mulai menjalani rawat jalan. Dokter juga sudah tidak merasa ragu lagi dengan obat-obat yang diberikan kepadaku. Saat itu aku masih belum bisa mengikuti pembelajaran di sekolah, karena aku harus menjalani masa perawatan untuk penyembuhan dan pemulihan kondisiku setelah diketahui aku terkena anemia hemolitik.

Thursday 5 March 2015

Perjalanan Hidup dengan AIHA Part I

Posted by my blog is my life on Thursday, March 05, 2015 with No comments

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada postingan kali ini aku akan berbagi kisah kepada kalian semua tentang penyakit yang menemaniku sepanjang perjalanan hidup. Banyak sekali liku-liku yang harus aku lalui akibat sakit ini. Bahkan untuk mendiagnosa dan menetapkan penyakit apa yang aku derita, dokter agaknya mengalami kesulitan. Sehingga aku harus bolak balik masuk rumah sakit dan diopname. Sampai akhirnya terungkap apa penyakit yang aku derita sebenarnya.