Divonis
menderita suatu penyakit tertentu memang membuat kita merasa sedih dan
frustasi. Ketakutan-ketakutan dan bayangan masa depan yang mengerikan
perlahan-lahan akan muncul dan menghantui. Tapi, semua itu bukan akhir dari
segalanya kawan. Masih dan selalu ada harapan untuk ‘membaik’ dari keadaan kita
yang sekarang.
Awalnya
memang akan sulit menerima kenyataan apabila kita menderita penyakit yang
menurut dokter belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Obat-obatan hanya bisa
mencegah agar penyakit tidak memarak dan tidak meluas ke organ tubuh lainnya.
Obat hanya bisa menghilangkan rasa sakit yang ditimbulkan tapi tidak bisa
menyembuhkan rasa sakit itu.
Tapi
yakin dan percayalah semua penyakit pasti ada obatnya. Allah memberikan penyakit
pasti juga akan memberikan obat untuk penyakit itu. Tugas kita hanyalah sabar,
ikhlas dan tawakkal kepada Allah agar kita senantiasa selalu diberikan kekuatan
dan kesabaran dalam menghadapi semua hal yang terjadi di kehidupan kita.
Salah
satu penyakit yang sampai sekarang masih belum ada obat yang mampu
menyembuhkannya adalah autoimun. Obat-obatan yang digunakan hanya berfungsi
untuk menekan reaksi autoimun dan mencegah agar penyakit tidak menyebar dan
menyerang organ tubuh lainnya.
Jika
kalian atau anggota keluarga ada yang menderita salah satu jenis penyakit
autoimun janganlah berkecil hati dan menganggap bahwa hidup kalian sudah
berakhir. Autoimun bisa dikendalikan, asalkan kita mau sabar dan mau bersahabat
dengan penyakit ini. Menderita penyakit autoimun bukan akhir dari segalanya,
justru ini adalah awal perjuangan hidup yang sebenarnya.
Dulu saya juga merasa tidak rela
kalau saya divonis menderita suatu penyakit tertentu. Saya ingin seperti
teman-teman saya yang lainnya dalam menjalani aktifitas tanpa ada
keluhan-keluhan di dalam tubuh saya. Tapi semakin saya berusaha untuk menolak
kenyataan saya menjadi semakin terpuruk. Saya selalu merasa menjadi orang yang
tak berguna di dunia ini. Ada atau tidak ada saya di dunia ini sama saja. Ada
atau tidak adanya saya di tengah-tengah keluarga menurut saya sama saja.
Awalnya saya memang divonis
menderita tipes dan liver. Saat itu saya masih bersemangat dalam menjalani
kehidupan. Saya masih semangat untuk sekolah dan mengejar pelajaran yang
tertinggal karena sering ijin tidak masuk. Saya merasa penyakit ini akan segera
sembuh. Tapi semakin hari saya merasa kondisi saya tidak ada perubahan. Padahal
saya sudah rajin kontrol, dan juga rajin minum obat liver juga. Tapi saya
merasa tubuh saya masih tetap saja lemah, perut mual dan kepala pusing saat
bangun tidur menjadi keluhan yang saya alami setiap hari. Saat pagi saya tidak
pernah merasa segar. Selalu merasa tidak fit.
Dan akhirnya setelah berobat kesana
kemari. Barulah tau bahwa saya menderita anemia hemolitik yang akhirnya saya
baru mengerti jelas kenapa bisa saya menderita penyakit anemia hemolitik ini.
Penyebabnya adalah reaksi autoimun yang salah mengenali musuh dalam tubuh saya.
Autoimun telah menghancurkan sel-sel darah merah yang ada dalam tubuh saya sehingga
terjadi hemolysis dalam darah.
Sebenarnya baru akhir-akhir ini saya
bisa menerima kenyataan bahwa sakit ini belum bisa disembuhkan. Saat saya
mengetahui bagaimana autoimun telah membuat tubuh saya menjadi lemah tak
berdaya. Saat itu saya benar-benar tidak bisa menggambarkan bagaimana rasanya
tubuh saya. Kambuhnya penyakit ini karena kurangnya kesadaran saya untuk
mengendalikan dan mengontrol aktivitas yang saya lakukan dengan kekuatan tubuh
saya sendiri.
Saya tidak menghiraukan alarm tubuh
yang telah memberikan kode bahwa saya harus istirahat. Bahkan saya juga
terkadang tidak teratur minum obat. Karena merasa bahwa saya sudah sehat. Tapi
itu semua salah. Dan ternyata akan memberikan dampak buruk pada tubuh.
Seiring berjalannya waktu saya mulai
sadar. Bahwa tidak menerima kenyataan akibat sakit yang diderita adalah hal yang
sia-sia. Karena semua ini sudah ditentukan oleh Allah SWT. Allah memilih kita
untuk memiliki penyakit ini, karena Allah tau bahwa kita bisa melewati semua
ini. Dan perlahan-lahan saya mulai berdamai dengan sakit yang saya derita, dan
mulai “bersahabat dengan penyakit” untuk lebih mengetahui bagaimana
mengendalikan penyakit ini agar tidak memarak dan tidak kambuh lagi.
Beberapa
cara untuk mengendalikan penyakit autoimun agar tidak sering kambuh:
-
Kenali alarm tubuh
-
Kontrol ke dokter dengan teratur
-
Nurut dengan apa yang disarankan oleh
dokter
-
Minum obat sesuai dosis yang diberikan
dokter dengan teratur
-
Selalu berpikiran positif dan tetap
semangat menjalani hidup \^_^/