Assalamulaikum
sahabat-sahabatku. Melanjutkan hasil dari USG kemarin ya^_^
Kembali
ke rumah sakit untuk USG kaki
Pagi
hari saat kembali ke rumah sakit aku melakukan USG sesuai dengan perintah
dokter saat aku kontrol kemarin. USG hanya dilakukan pada kaki kananku, mulai
dari atas lutut hingga pergelangan kaki. Saat alat USG mulai bekerja dan
bergerak di kakiku yang bengkak aku merasa kesakitan. Karena memang sangat
nyeri rasanya. Tapi Alhamdulillah aku masih kuat untuk berjalan sendiri. Tapi
kalau untuk sholat aku tidak bisa dengan normal, aku melakukan sholat dengan
duduk selonjoran karena kakiku benar-benar tidak bisa dibuat menekuk.
Siang
hari menemui dokter dan menunggu hasil USG
Dokter
yang menanganiku ternyata datang lebih cepat dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan USG, dan bertanya tentang kondisi kakiku apakah sudah membaik atau
belum. Ibuku menjelaskan bahwa hasil USG masih belum jadi. Akhirnya
dokter menelpon dokter yang melakukan USG dan memperoleh penjelasan bahwa di
kakiku ada penyumbatan pembuluh darah.
Dokter menjelaskan kepada Ibuku
bahwa penyumbatan ini kemungkinan disebabkan oleh darah yang membeku. Kalau
dibiarkan maka akan berbahaya. Pembuluh darah akan tertekan dan lama kelamaan
akan pecah. Sehingga harus disuntikkan obat pengencer darah agar kakiku tidak
membengkak dan darah yang membeku tidak menyumbat pembuluh darah lagi. Karena
itu yang membuat kakiku menjadi bengkak. Dibutuhkan sekitar 3 atau 4 kali
suntikan agar bisa membuat darah tidak membeku lagi. Untuk mempercepat reaksi
obat aku nanti akan disuntik melalui perut. Itu artinya aku harus diopname.
Saat itu agaknya Ibuku merasa keberatan kalau aku harus opname lagi, karena di
rumah masih ada tanggungan, kakakku baru saja melahirkan dan
kondisinya belum pulih seperti sediakala. Sehingga ibuku harus membantu untuk
merawat bayi yang usianya belum genap sebulan. Ibuku meminta dokter untuk rawat
jalan saja. Tapi dokter menjelaskan bahwa obat yang digunakan untuk sekali
suntik harganya lumayan mahal sehingga untuk meringankan biaya dan juga tidak
bolak balik ke rumah sakit aku harus diopname kurang lebih selama 1 minggu.
Jika diopname aku bisa menggunakan askes sehingga obat suntikan bisa diperoleh
secara gratis. Akhirnya Ibuku menyetujui kalau aku diopname saja.
Ibuku langsung mengurus administrasi untuk memperoleh kamar.
Dan ternyata mendapatkan kamar, sangatlah susah. Harus menunggu sampai ada
kamar yang kosong terlebih dahulu, karena kebetulan saat itu kamar sudah full
semua. Sampai sekitar pukul 9 malam aku baru mendapatkan kamar kelas III yang
berisi 3 pasien dalam satu kamar. Sebelum dibawa ke kamar aku diperiksa
terlebih dahulu ke ruang medis untuk mendapatkan data mengenai diagnosa
penyakitnya. Dan dari situ aku tau apa sakit yang telah menyerang pembuluh
darah di kakiku. Dokter menyebutnya DVT. Istilah baru lagi bagiku. Aku tidak
tau apa itu DVT dan kenapa juga aku harus menderita DVT di kakiku yang sangat
menyiksa dan mengganggu aktifitas. Sampai-sampai aku harus diopname lagi dan
disuntik melalui perut yang rasanya juga pasti akan sakit.
Kali ini obat yang aku konsumsi
mulai ditambah dengan obat Simarc2 (Warfarin sodium) untuk membantu
mengencerkan darah yang membeku selain dilakukan penyuntikan melalui perut.
MethylPrednisolon juga masih aku konsumsi 2x1 dan Azhatioprine yang tidak boleh
aku tinggalkan. Kondisiku saat itu memang tidak lemah, dan juga tidak pusing.
Keluhan hanya ada di kakiku yang pembuluh darahnya tersumbat sehingga membuat
aku mengalami nyeri yang sangat nyeri dan kakiku menjadi besar sebelah. Setiap
sore aku disuntik obat melalui perut. Pertama kali saat perawat akan
menyuntikku aku agak merasa was-was. Melihat alat yang dibawa saja aku merasa
khawatir dengan sakit yang ditimbulkan. Dan ternyata tidak terlalu sakit. Tapi
entah karena aku sudah terbiasa dengan rasa sakit sehingga saat aku disuntik
melalui perut aku tidak merasa sakit dan tidak merasa khawatir.
Dua hari opname di rumah sakit
membuatku bosan, aku benar-benar ingin pulang. Aku kangen dengan rumah. Tapi
kondisiku kakiku masih belum membaik sepenuhnya. Kakiku masih terlihat bengkak
dan besar sebelah walaupun tak sebesar saat pertama kali masuk untuk opname. Untuk
mengusir kebosanan aku mencoba mencari tau penyakit apa sebenarnya DVT. Melalui
artikel yang aku peroleh dari hasil browsing aku mengetahui gambaran tentang
DVT.
klik disini
Sampai
sekarang sebenarnya aku masih belum tau penyebab pasti kenapa aku bisa sampai
terkena DVT. Tiba-tiba darah membeku dan menyumbat pembuluh darah di kaki.
Suatu teka-teki yang masih belum bisa aku jawab sendiri. Apa karena kakiku
terlalu lama menekuk sehingga darahku tiba-tiba membeku atau karena efek dari
anemia hemolitik itu sendiri? aku belum bisa menyimpulkan. Yang aku tau saat
itu adalah kakiku rasanya sangat sakit, nyeri, panas, dan bengkak. Dan setelah
diberi suntikan pengencer darah perlahan kondisi kakiku mulai membaik. Setelah
pulang dari opname di rumah sakit aku masih diberi terapi obat Simarc2
(Warfarin Sodium) obat ini aku konsumsi sekitar 6 bulan lebih. Tapi apapun itu
aku tidak peduli aku hanya ingin sembuh dari DVT dan setelah menjalani
pengobatan aku akhirnya terbebas dari DVT dan melanjutkan pengobatan untuk
anemia hemolitik yang aku derita.
Alhamdulillah
kejadian ini berlangsung saat liburan semester 2 sehingga aku tidak perlu untuk
ijin tidak kuliah saat diopname. Dan yang paling penting aku masih bisa
menyembunyikan tentang penyakitku kepada teman-teman kuliahku. Hanya
sahabat-sahabatku yang tau kalau aku opname saat itu. Aku melakukan ini karena
aku tidak ingin terlihat berbeda dengan teman-temanku walaupun kenyataan yang
sebenarnya aku memang berbeda dengan mereka.
Saat
mulai masuk semester 3, keadaanku sudah seperti biasa. Aku sudah terbebas dari
DVT, tapi terapi obat warfarin masih tetap berlangsung sampai mendekati awal
semester 4 saat aku kuliah. Sementara keadaan anemia hemolitik sudah semakin
membaik, aku sudah mulai jarang kambuh lagi. Walaupun Hb hanya sekitar 9 koma
tapi menurut dokter kondisi itu sudah cukup bagus. Yang penting masih bisa
tetap melakukan aktifitas. Dosis MethylPrednisolon akhirnya diturunkan menjadi
hanya 4 mg yang aku konsumsi sehari 1x. Aku sangat senang mendengar semua ini,
akhirnya aku hanya meminum MP dengan dosis hanya 4 mg, itu berarti moonface
perlahan-lahan akan menghilang dari wajahku.
Aku
mulai menjalani kuliahku seperti biasa. Kontrol ke rumah sakit Surabaya tiap
bulan dengan teratur. Dan selalu menjaga kondisi agar tidak terlalu kelelahan.
Kuliah semester 3-4 aku jalani dengan bahagia. Pergaulanku dengan teman-temanku
kuliah terjalin dengan baik. Persahabatanku dengan teman-teman terdekatku juga
semakin dekat dan akrab. Kondisiku benar-benar sangat stabil saat itu. Tak ada
keluhan yang berarti, hanya ketika masa konsumsi warfarin (pengencer darah)
mulai menunjukkan efek samping berupa memar-memar merah pada lutut dan siku.
Padahal saat itu aku tidak mengalami benturan. Sehingga saat kontrol dokter
mulai menghentikan simarc2 (Warfarin).
Awal
Semester 5
Masuk kuliah awal semester 5 aku
sedikit mulai merubah penampilanku. Aku sangat bahagia karena moonface sudah
tak tampak pada wajahku. Aku mencoba memakai sepatu high hill yang saat itu
juga sempat membuat teman-temanku agak terkejut dengan penampilanku. Hehehehe.
Tapi perubahan penampilan itu tak berlangsung lama saat DVT mulai timbul lagi
setelah setahun tak muncul. Tiba-tiba saja aku kembali merasakan nyeri pada
kakiku. Tapi kali ini tidak di bagian lutut kaki kananku. DVT menyerang di
telapak kakiku sebelah kiri. Jari-jari kakiku memerah dan sedikit bengkak.
Sangat nyeri rasanya sampai menjalar ke telapak kaki.
Saat kembali kontrol dan
memberitahukan keluhanku pada dokter aku disuruh lagi untuk meminum Simarc2 dan
obat anti nyeri untuk mengurangi sakit pada telapak kakiku. Dokter juga
melarang minum es terlalu banyak dan usahakan tidak memakai sepatu hak tinggi.
Saat mendengar itu aku rasanya ingin tertawa saja. Ternyata merubah penampilan
agar terlihat tinggi dengan memakai sepatu hak tinggi malah seperti membuat penyakit
pada diriku sendiri. Dan aku sadar bahwa tidak perlu neko-neko lagi dengan
memakai sepatu hak tinggi. Biarlah aku memakai sepatu yang nyaman buatku
meskipun itu tak membuatku bertambah tinggi. Karena penampilan buatku sekarang
adalah nomer yang ke-sekian dibandingkan dengan kesehatanku^_^
Kuliah semester 5 Alhamdulillah
berjalan dengan lancar sampai hari menjelang UAS tiba. Tapi saat pelaksanaan
UAS aku merasa kondisiku kurang baik. Tiba-tiba saja aku sering merasa mual dan
kelelahan. Aku menyangka mungkin karena aku terlalu memforsir tenagaku untuk
belajar persiapan UAS dan mengerjakan tugas-tugas. Sehingga saat hari ke empat
UAS aku merasa kondisiku benar-benar kurang fit. Saat tiba di kampus aku
merasakan mual yang teramat sangat seperti masuk angin. Tapi Alhamdulillah aku
masih mampu menyelesaikan Uas pada hari itu. Pelaksanaan UAS tinggal sehari
lagi dan aku berusaha untuk menjaga kondisiku jangan sampai drop sebelum
pelaksanaan uas benar-benar selesai. Saat pulang dari kampus aku benar-benar
istirahat total dan mengesampingkan untuk belajar. Yang penting aku fit dulu
masalah belajar nanti kalau aku merasa sudah baikan.
Keesokan harinya saat aku bangun.
Aku merasakan tubuhku lumayan membaik dan aku keluar menghirup udara segar di
depan teras rumah sambil menemani keponakan yang bermain di luar. Tapi
tiba-tiba saja aku merasakan mataku seperti berkunang-kunang dan merasakan
pusing yang teramat sangat pada kepalaku. Aku langsung masuk kamar dan
mengistirahatkan badanku. Tapi saat aku membuka mata aku melihat sekeliling
menjadi berputar semuanya berputar dan aku merasakan mual sampai ingin muntah
saat membuka mataku. Akhirnya aku hanya bisa memejamkan mataku dan perutku
menjadi semakin mual sampai aku muntah. Seperti biasa Ibu mulai panik melihat
kondisiku yang tiba-tiba drop seperti itu. Kondisiku memang sangat lemah aku
merasakan mual yang begitu hebatnya pada perutku dan merasakan mataku yang
berkunang-kunang dan kepalaku sakit sekali. Setiap kali membuka mata semuanya
berputar.
Ibuku mencoba memberikan aku obat
untuk lambung untuk diminum, biasanya ketika aku mengalami mual ibu selalu
memberikan pertolongan pertama seperti itu dan menyuruhku untuk sarapan. Tapi
kali ini aku benar-benar tidak bisa. Aku merasa setiap kali aku memasukkan
makanan ke dalam perutku rasa mual mulai muncul dan langsung aku muntahkan.
Selalu seperti itu sampai aku merasa sangat lemas.
Akhirnya ibu memutuskan untuk membawaku
ke Rumah sakit lamongan. Ibu khawatir nanti kalau dibiarkan lama-lama
berpengaruh pada Hb dan trombositku. Setelah konsultasi dengan dokter lamongan
via telepon dokter menyuruh untuk segera di bawa ke UGD saja. Saat berangkat ke
lamongan aku sudah tidak bisa membuka mata. Aku terus muntah di dalam mobil
sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Kepalaku rasanya begitu sakit sampai aku
rasanya tidak kuat untuk merasakan sakitnya kepala yang seperti itu. Sampai di
rumah sakit aku sudah tidak kuat jalan, aku pasrah saja ketika orang-orang
membopongku untuk dipindahkan ke ranjang untuk di bawa ke UGD. Semua orang
disana menyangka aku adalah korban kecelakaan karena aku didorong di atas
ranjang dengan keadaan yang sudah lemas dan tidak bisa membuka mata. Tapi aku
masih sadar saat itu. Aku memang sengaja untuk memejamkan mata karena saat aku
membuka mata aku akan merasakan pusing yang teramat sangat di kepalaku dan
ingin muntah.
Setelah dilakukan pemeriksaan,
Alhamdulillah Hb dan Trombosit masih dalam batas aman walaupun memang belum
bisa normal. Hanya saja keadaanku memang lemas karena dari pagi muntah terus
dan kepalaku juga masih terasa sangat pusing dan masih belum bisa membuka mata.
Dokter akhirnya menyarankan untuk opname saja agar bisa diinfus dan tidak
kehabisan cairan karena aku sama sekali tidak mau makan dan muntah terus. Agak
merasa terbebani juga pikiranku saat itu yang belum ijin ke dosen untuk tidak
ikut UAS. Dan ditambah lagi di rumah ada si kecil yang harus ditinggal di rumah
sendirian.
Opname
kali ini memang penuh dengan beban dan pikiran. Opname yang tidak
disangka-sangka dan terjadi dengan tiba-tiba setelah sekian lama tak merasakan
jarum suntik dan infus. Opname yang mengawali kondisiku kembali mulai melemah
lagi sampai aku benar-benar drop saat semester 6 dan berniat untuk putus kuliah
lagi. Kondisi yang membuatku harus meminum dosis MP yang dinaikkan lagi.
Kondisi yang membuatku kembali merasakan pandangan aneh dari teman-teman
kuliahku. Kondisi yang membuatku harus dilakukan tindakan CT scan. Kondisi yang
membuatku harus dilakukan Tes Bone-Densitometri. Hingga akhirnya dilakukan
ANA-Test.
Kisah
lengkapnya tunggu di postingan selanjutnya ya^_^ semoga bisa diambil hikmahnya.
klik disini untuk lanjut part VII
klik disini untuk lanjut part VII
0 comments:
Post a Comment