Monday, 3 November 2014

Cerpen Karyaku

Posted by my blog is my life on Monday, November 03, 2014 with 2 comments
CINTA TIDAK SELALU HARUS MEMILIKI KOK ^_^

CURHAT”THE SEEKER OF LOVE”

Cinta sejati sangat sulit untuk di cari. Bagaimana tidak, hanya cinta sejati yang bisa membuat seseorang itu menerima kekurangan pasangannya. Apapun kekurangan yang dimiliki oleh pasangannya maka akan tetap diterima dan cinta yang ada dalam hati tidak akan berubah.
Di mana aku harus mencari cinta sejatiku? Aku mempunyai banyak teman lelaki tapi tak ada satu pun yang menunjukkan bahwa dia adalah cinta sejatiku. Yang mau mendampingiku disaat aku susah, disaat aku sedih, disaat aku senang, dan disaat aku membutuhkan teman untuk berbagi. Tapi ada seseorang yang bisa dibilang dia dekat denganku. Orang itu bernama Sundy. Tidak seperti kedekatan layaknya orang berteman. Kedekatanku dengan dia melalui sms. Walaupun melalui sms tapi aku merasa bisa mengenal dia dengan sangat dekat. Begitupun dengan dia juga bisa mengenal aku dengan dekat. Aku tidak pernah jaim dengannya, aku tidak pernah malu mengungkapkan kekuranganku padanya. Kejelekan-kejelekanku pun dia sudah tau. Walaupun itu hanya melalui sms. Aku juga seperti itu dalam mengenal dia, melalui sms aku bisa mengetahui kebiasaannya yang buruk.
Mungkin ini yang dinamakan cinta datang tidak mengenal tempat dan waktu, cinta datang tidak peduli melalui apa, bisa melalui sms, bisa melalui telepon, dan bisa melalui apa saja. Dan yang ku alami ini adalah cinta yang datang melalui sms. Aku mengenal Sundy sejak kelas 1 SMA tapi pada saat itu aku sama sekali tidak menyangka akan sedekat ini dengan dia. Karena pada saat kelas 1 SMA aku sangat tidak suka melihat pergaulannya yang lebih sering bergaul dengan cewek daripada cowok. Dia selalu melakukan hal-hal yang seharusnya tidak pantas untuk di lakukan. Menggandeng tangan cewek, cium pipi kiri dan pipi kanan dan masih banyak hal-hal lain yang kalau aku melihatnya sangat tidak suka.
Pada saat kelas 2, entah kenapa Sundy selalu menggodaku. Dia bilang kalau aku mirip dengan guru BP. Dan setiap aku melintas di depannya dia selalu memanggilku dengan sebutan ”buk” tanggapanku sih biasa aja, aku kadang cuma tersenyum kalau dia memanggilku seperti itu. Mungkin keakrabanku bisa dibilang terbentuk setelah Suci temanku yang selalu curhat tentang hubungannya dengan Sundy. Memang mereka belum pacaran tapi mereka sering keluar bareng dan smsannya juga seperti sepasang kekasih. Karena aku sering diperlihatkan sms-sms yang berasal darinya. Mereka juga sering telpon-telponan. Sejak saat itu aku sering menggoda dia dengan Suci. Aku selalu mengolok-olok dia kalau aku sedang melihatnya sedang bersama Suci.
Selang beberapa minggu, tiba-tiba Suci curhat lagi sama aku tapi ini keadaannya beda. Dia keliatan sangat sedih. Usut punya usut ternyata kesedihannya disebabkan karena kerenggangan hubungan mereka. Sundy sekarang sangat sulit dihubungi, setiap ditelpon nggak pernah diangkat, disms nggak pernah dibalas dan masih banyak keluhan-keluhan lainnya tentang perubahan sikap Sundy terhadap Suci. Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya. Dan aku berusaha menghiburnya agar tidak sedih. Sejak saat itu hubungan Sundy dengan Suci menjadi sebuah permusuhan. Aku sudah berkali-kali menasehati Suci untuk meminta maaf pada Sundy, tapi dengan marah dia menjawab dia nggak akan mau ngomong lagi sama Sundy. Aku hanya bisa geleng-geleng dan mengelus dada mendengar jawaban Suci yang seperti itu.
1 tahun berlalu, kenaikan kelas 3 dimulai dan tanpa disangka-sangka aku satu kelas dengan Sundy. Awalnya aku biasa saja. Nggak ada sesuatu yang istimewa satu kelas dengannya. Tapi semuanya menjadi berubah setelah ada tugas penelitian pelajaran sosiologi, aku satu kelompok dengan dia. Awalnya aku shock dapat satu kelompok dengan dia. Karena dia itu orang yang bisa dibilang agak pemalas, dan mengingat pergaulannya yang sering dengan cewek itu membuat aku semakin males kalau ingat satu kelompok dengannya. Berhari-hari aku stress memikirkan tugas penelitian ini. Membuat judul saja nggak ada yang ngasih ide, Haduuuh permulaan yang sangat buruk. Tapi untungnya dia akhirnya mau membantu, karena nama dia yang ditulis pertama otomatis aku menunjuknya sebagai ketua, agar dia tidak enak-enakan sendiri.
Sejak kegiatan penelitian itu hubunganku dengan Sundy menjadi akrab, yah bisa dibilang sangat akrab. Kita jadi sering smsan, awalnya sih kita sms membahas tentang penelitian yang akan kita laksanakan, tapi lama-kelamaan sms kita jadi sms yang menyenangkan tidak membahas pelajaran, tapi selalu bercanda dan bercanda. Di kelas kita bahkan sering cerita-cerita, dan bercanda sampai tertawa-tawa nggak karuan. Dari situlah aku perlahan-lahan mengorek keterangan dari Sundy kenapa hubungannya dengan Suci menjadi permusuhan dan itu menurutku sangat parah. Bagaimana tidak, masak sebelumnya saling menyukai kok tiba-tiba bermusuhan, saling membenci bahkan tidak pernah bertutur sapa satu sama lain. Awalnya Sundy menolak untuk bercerita karena dia sudah tidak mau bahas Suci lagi. Tapi setelah aku bujuk akhirnya dia mau bercerita sebab hubungan mereka menjadi renggang. Aku sedikit geli sebenarnya mendengar penjelasan dari Sundy. Tapi aku coba untuk menasihati agar dia duluan yang minta maaf, yah walaupun dia gag bersalah tapi itu semua kan dilakukan untuk memperbaiki hubungan mereka agar menjadi baik lagi tidak bermusuhan seperti sekarang. Tapi bagaikan mendengar guntur di siang bolong dia menjawab dengan nada tinggi dan jawabannya sama persis dengan apa yang dikatakan Suci. Aku hanya bisa melongo mendengar jawaban itu. Dan dalam hati aku berkata ternyata mereka berdua ini sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau ngalah. Sejak saat itu aku sudah tidak pernah membahas tentang hubungan mereka yang sangat tidak enak kalau diperhatikan. Walaupun sebenarnya setiap aku bertemu dengan Sundy atau Suci selalu ingin membahas hubungan mereka.
Bulan berganti bulan, sampailah kita pada bulan Februari. Dimana pada bulan ini mulai diadakan les tambahan khusus kelas 3 untuk menghadapi UAN. Dari sini aku mulai merasakan ada ada sesuatu yang beda antara aku dengan Sundy. Dia kelihatan perhatian padaku. Entah perhatiannya itu karena dia kasihan atau memang karena dia merasa peduli terhadapku, karena setiap ada les, jam pulang sekolah menjadi sore, dan kendaraan menuju rumahku sudah tidak ada dan mau tidak mau aku harus naik bus yang pada saat itu aku sangat tidak suka kalau harus naik bus. Desak-desakan, berdiri dan kalau turun selalu tergesa-gesa. Untuk mengatasi hal tersebut Sundy kadang-kadang mengantarku sampai ke terminal. Tempat bus ngantri. Jadi setidaknya aku bisa mencari tempat duduk dulu. Aku sangat bahagia dan menikmati keadaan seperti ini. Keakrabanku dengan Sundy menjadi semangat tersendiri bagiku. Tapi sayangnya hanya satu yaitu dia sudah punya pacar. Tapi pada saat itu aku juga sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang bernama Rafi, dia  beda sekolah denganku walaupun kita tidak pacaran tapi hubungan kita seperti orang pacaran bahkan lebih.
Pernah pada suatu ketika, aku bercerita keakrabanku dengan Sundy. Dan Rafi itu langsung marah dan melarangku untuk menerima ajakan Sundy untuk mengantarku sampai ke tempat pemberhentian kendaraan. Jujur aku sangat keberatan dengan larangannya. Ibuku pun juga sangat marah pada saat mengetahui aku bertengkar dengan Rafi yang melarangku. Karena menurut ibuk dia bukan siapa-siapa jadi tidak ada hak buat dia untuk melarangku boncengan dengan teman-temanku cowok. Akhirnya aku mengabaikan kemarahan Rafi. Karena aku berpikir relistis, toh Sundy juga udah punya pacar, dan aku juga udah punya Rafi jadi kemungkinan untuk aku suka sama Sundy itu sangat kecil. Mungkin itu yang membuat Rafi jadi sakit hati dan melakukan tindakan yang membuat aku sangat menderita dan hubungan kita menjadi putus. Ternyata dia suka sama cewek lain. Dan hubungan mereka sudah berstatus pacaran. Ini pun aku ketahui dari teman akrabnya yang pada saat itu menjelaskan secara mendetail tentang hubungan Rafi dengan cewek barunya. Ini semua aku ceritakan pada Sundy saat jam pelajaran kosong. Sebenarnya ada sebab lain kenapa aku menjalin hubungan dengan Rafi tapi kita tidak pacaran padahal kita saling mencintai. Yaitu karena orang tua. Orang tua Rafi tidak memperbolehkan anaknya pacaran denganku. Begitupun dengan orang tuaku juga melarangku untuk tidak berpacaran dengan Rafi. Mendengar itu semua Sundy keliatan sangat kaget, dia berkata kenapa bisa sampai seperti itu? Padahal kamu itu cantik, pinter, pendiam kok bisa nggak disukai ortu Rafi. Pernyataan dia yang seperti itu sempat membuatku ge-er tapi aku cepat-cepat menyangkalnya dengan guyonan sehingga suasana menjadi cair lagi dan tidak menegangkan seperti pada saat aku bercerita.
Beberapa minggu keadaannya baik-baik saja dan aku sangat menikmati saat-saat les dan saat-saat aku diantar Sundy. Tapi ini semua menjadi ganjil setelah aku mengetahui beberapa kali pada saat pulang aku selalu ditinggal sama dia. Pada saat aku mau keluar kelas, kulihat bangku Sundy sudah kosong. Padahal biasanya dia selalu menungguku dan kita keluar bareng. Sekali memang aku maklumi, mungkin dia lagi terburu-buru, tapi setelah berkali-kali seperti itu, aku merasakan sesuatu yang aneh, pasti ada sesuatu yang membuat Sundy seperti itu. Dia juga tidak pernah mengantarku. Kenapa dia? Akhirnya sepulang les aku menghubungi dia lewat sms. Awalnya dia beralasan kalau aku terlalu lama kalau mau pulang, harus merapikan ini-itu dulu dan dia kelamaan nunggunya. Aku masih belum percaya dengan alasan dia yang seperti itu. Karena setiap hari aku memang seperti itu. Sebelum pulang aku memang selalu merapikan barang-barangku dulu, dan dia dulu dengan senang hati membantuku. Kenapa sekarang mengeluh seperti itu? Setelah aku desak akhirnya dia  mengaku juga. Dia berbuat seperti itu karena dia tidak mau menyakiti hati pacarnya. Mendengar jawabannya yang seperti itu hatiku langsung hancur, air mataku rasanya ingin keluar, tapi aku cepat-cepat menahannya dan menguasai diriku untuk bisa mengendalikan diri dan sadar aku siapanya dia. Dia menjelaskan lagi kalau pacar dia pernah melihatnya bonceng aku, pacarnya cemburu dan melarangnya untuk bonceng aku lagi. Aku bisa maklum, toh aku juga bisa pulang sendiri dengan naik becak. Walaupun hatiku pada saat itu sakit rasanya.
Tapi aku selalu mencoba mengendalikan perasaanku Karena aku selalu berpikir aku tidak akan merusak hubungan mereka. Karena aku tau rasanya sangat sakit, kalau ada orang ketiga dalam suatu hubungan. Dan aku juga sama sekali tidak berharap kalau dia suka sama aku. Karena menurutku aku bukan tipe cewek yang dia suka. Selama kelas 3, hari-hariku selalu diisi oleh dia, dia selalu ada buatku. Aku tak pernah sedih sejak aku akrab dengan dia. Setiap hari aku selalu bercanda dengan dia walaupun hanya lewat sms. Di kelas dia juga sering menemaniku dari sekedar duduk-duduk di bangku sampai mengerjakan tugas. Sampai try out pertama pun di laksanakan. Dan yang membuatku sangat bahagia, tempat duduk Sundy berada tepat di depanku. Tapi sebelum UAN ternyata ada sedikit kejadian yang entah bagaimana aku menanggapinya, apakah aku senang mendengar berita ini atau sedih mendengarnya. Karena Sundy dan pacarnya memutuskan untuk putus pacaran. Dan pada saat itu Sundy meminta pertimbanganku. Jujur aku sebenarnya sangat bingung saat dia bertanya apa yang seharusnya dia lakukan apakah tetap putus atau tetep pacaran. Saat itu aku berpikir objektif. Aku menasihatinya kalau memang dia masih cinta sama pacarnya lebih baik teruskan saja dari pada nanti putus dan akhirnya menyesal. Tapi kalau memang sudah tidak suka dan sudah tidak ada kecocokan ya apa boleh buat, mungkin putus itu cara yang terbaik. Dan aku nggak tau pertimbangan apa yang Sundy gunakan sehingga dia memutuskan untuk putus dengan pacarnya.
Pelaksanaan UAN berjalan dengan lancar. Alhamdulillah kami semua bisa mengerjakan semua soal dengan baik. Sebulan kemudian pengumuman UAN sudah bisa dilihat, sayang sekali sekolahku menghadapi berita yang tidak menggemberikan karena salah satu teman kami ada yang tidak lulus. Ini membuat suasana di sekolah agak kurang berbahagia, baru kali ini peristiwa ini terjadi padahal selama beberapa tahun sekolahku tidak pernah mengalami peristiwa seperti ini. Tapi Alhamdulillah aku dan Sundy lulus. Selang beberapa minggu diadakan perpisahan di sekolahku, perpisahan ini tidak begitu berkesan bagiku, karena aku tidak bisa bertemu langsung dan ngobrol banyak dengan Sundy. Pada saat pulang pun juga begitu, tidak ada acara foto bersama. Benar-benar tidak berkesan.
Setelah perpisahan aku dan Sundy memang benar-benar berpisah. Karena aku akan melanjutkan studiku ke luar kota. Tapi alhamdulillah hubunganku tidak renggang dengannya. Kami masih sering smsan dan seperti biasa isi sms selalu guyon yang menambah keakraban kita. Dan salah satu isi sms Sundy yang keterlaluan, dia berkata kalau dia cinta sama aku. Namanya cewek kalau dapat kata-kata seperti itu pasti hatinya senang dan ge-er tidak karuan. Tapi untunglah aku tau sifat Sundy yang suka guyon dan membuat orang ge-er. Akupun menanggapi perkataan cintanya padaku dengan guyon, tapi membingungkan. Karena guyonanku itu ternyata membuat dia bingung dan mungkin salah tingkah, kelihatan dari tulisan sms yang dia kirim. Aku bilang kalau kita sekarang sudah jadian karena tadi dia nembak aku. Jujur itu sms juga sebenarnya guyon, tapi ternyata dia sangat gugup dan cepat-cepat menyangkal dan berterus terang kalau dia tidak sungguh-sungguh. Tapi aku diam saja. Biar tau rasa dia.
Sebelum aku pergi ke luar kota, aku sempat bertemu dengan Sundy. Saat itu adalah saat pengambilan ijazah. Aku ke sekolah bersama Vina. Dan kebetulan Vina ada janji dengan Saiful kakak kelasnya dulu yang tergabung dalam teater. Jadi aku ada kesempatan keluar berdua dengan Sundy. Setelah sampai di sekolah ternyata ijazahnya belum bisa diambil. Akhirnya aku, Vina dan Sundy menuju tempat dimana Vina dan kak Saiful ingin bertemu. Sesampainya di tempat ternyata orang yang ditunggu belum datang. Sangat tidak aku sangka-sangka Vina ingin mengendarai sepeda motor Sundy. Vina ingin mencoba mengendarai sepeda motor sendiri karena kebetulan Sundy saat itu membawa sekuter matic dan Vina ingin mencobanya. Aku berpikir Vina akan mengendarai sepeda itu sendiri. Tapi ternyata dugaanku meleset. Sundy dan Vina mengendari sepeda itu berdua. Hatiku sangat hancur sehancur-hancurnya. Dan pada saat itu juga air mataku mulai merebak dan memaksa ingin keluar. Tapi untung saja mereka pada saat itu sudah meluncur dan tidak mengetahui keadaanku seperti apa. Aku sampai lemas melihat kejadian itu. Aku seperti tidak bisa bernafas. Tapi lagi-lagi aku bisa menguasai diriku dan tidak membiarkan perasaan sakit hati ini membabi buta. Mengingat Vina itu adalah sahabat karibku sejak kecil, nggak lucu kalau aku marah sama dia, hanya gara-gara dia mengendarai motor berdua dengan Sundy yang memang tidak ada hubungan apa-apa denganku. Selang beberapa menit datanglah seseorang yang tadi sudah ditunggu-tunggu. Yaitu kak Saiful. Karena yang ada di tempat itu hanya aku, kak Saiful sedikit bingung akupun menjelaskan kalau orang yang dia tunggu masih belajar naik sepeda motor. Tak lama setelah aku berkata begitu Sundy dan Vina datang. Dan sampai disitu kami pun berpisah. Aku dengan Sundy pergi ke warnet sementara Vina dan kak Saiful pergi ke tempat tujuan mereka.
Saat aku keluar dengan Sundy nggak ada sesuatu yang berkesan, karena hatiku sudah hancur duluan setelah kejadian tadi. Aku dan Sundy hanya sebentar di warnet karena ternyata dia merasa kurang enak badan dan dia menawarkan untuk mengantarku ke Vina dan kak Saiful berada. Aku pun menurut saja, karena aku nggak tega ngeliat dia yang memang keliatannya sangat lemas. Kemudian akupun bergabung dengan Vina. Tapi entah kenapa fikiranku selalu gelisah karena efek kejadian yang tidak mengenakkan tadi. Mungkin ini semua hanya aku yang merasakan. Vina sama sekali tidak tahu kalau saat itu perasaanku hancur. Apalagi Sundy, dia bahkan mungkin sama sekali nggak tau kalau aku sangat hancur melihat dia bersama temanku.
***
Sesampainya di rumah hatiku malah semakin gelisah. Biasanya kalau aku merasakan hal seperti ini aku akan curhat pada Vina. Tapi ini lain, karena yang menyebabkan aku seperti ini adalah Vina sendiri. Mana mungkin aku berterus terang padanya kalau aku merasa cemburu dengan dia gara-gara boncengan dengan Sundy. Dan aku baru sadar, ternyata aku cemburu? Yah, aku baru sadar kalau aku cemburu. Oh tidak! Aku sama sekali tidak menyadari dengan apa yang aku rasakan. Apakah ini berarti aku…. Aku suka sama Sundy? Atau bahkan aku cinta sama Sundy? Tapi saat itu juga aku merasa kalau aku tidak pantas buat dia. Aku tidak punya sesuatu yang bisa aku banggakan pada dia. Apalagi kalau aku melihat Vina yang bisa naik sepeda motor sedangkan aku tidak bisa. Pasti kalau disuruh memilih Sundy akan lebih memilih Vina daripada aku. Jadi aku sama sekali tidak pantas buat dia. Dan entah mengapa jari-jariku tiba-tiba mengetik sms yang menyatakan kalau aku pengen putus hubungan dengan dia. Padahal kita sama-sama tau kalau proses jadian hubungan kita hanya dilandasi dengan guyonan. Tapi anehnya dia sangat kaget pada saat dia mendapat sms seperti itu dariku. Dan menanyakan kenapa aku seperti itu? akupun menjawab kalau aku tidak bisa membahagiakan dia kalau ternyata dia suka beneran sama aku. Karena mungkin bisa saja hubungan yang dilandasi guyonan akan menjadi hubungan yang serius. Dan aku tidak mau itu terjadi. Dan akhirnya berhasil, dia menerima penjelasanku dan tidak bertanya-tanya lagi kenapa aku seperti itu. Padahal dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku ingin berkata kalau aku cemburu dan aku merasa tidak pantas kalau harus menjadi pendamping dia. Walaupun itu hanya bohongan.
Sejak kejadian itu aku mengira hubunganku dengan Sundy akan renggang. Tapi dugaanku salah, malah hubungan smsku dengan Sundy semakin membabi buta. Semenit saja aku nggak sms, dia pun langsung memprotes, begitu juga aku semenit saja dia tidak sms, aku akan memprotes dia habis-habisan. Dan saatnya aku berangkat ke luar kotapun tiba. Waktu masuk kuliah sudah kurang sehari lagi. Waktu kuliah pertama memang sangat menghabiskan waktu dan tenaga. Sampai-sampai aku sedikit mengesampingkan untuk membalas sms Sundy. Dan itu ternyata berakibat sangat fatal. Dia marah sama aku. Berminggu-minggu dia marah sama aku, aku tidak pernah disms dan bahkan tidak pernah membalas kalau aku sms dia. Hatiku sangat sedih, aku merasa seperti kehilangan semangat. Biasanya hari-hariku dipenuhi dengan canda tawanya, tapi sekarang malah sepi dan rasanya hatiku sunyi sekali. Aku mulai frustasi dengan keadaan semua ini. Aku mulai melampiaskannya pada seseorang yang pada saat itu memang dekat denganku dan sering membantuku mengurusi kesulitan-kesulitan dalam masalah kuliah. Kak Rio namanya. Sejak awal masuk kakak senior itu yang membantuku mengurusi segalanya. Mulai dari KRSan dan tugas-tugas lainnya yang berhubungan dengan kuliah. Memang hubunganku dengan kak Rio sangat dekat, bahkan membuat beberapa temanku iri melihat kebersamaan kita. Selama sebulan aku menjalani hubungan dengan kak Rio, hubungan kita sudah seperti sepasang kekasih. Sebulan juga hubunganku dengan Sundy menjadi renggang. Aku sudah tidak pernah mendapatkan sms darinya lagi. Aku dan kak Rio semakin dekat. Kita bahkan sudah membayangkan tentang masa depan kita yaitu menikah. Tapi anehnya aku merasa tidak merasakan getaran-getaran cinta pada saat bersama kak Rio. Tapi aku memaksakan untuk suka padanya.
Liburan hari raya dimulai. Aku mendapatkan libur selama 2 minggu. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalahku dengan Sundy. Aku pun mulai sms dia dengan sms permintaan maaf. Awalnya tidak ada respon. Tapi setelah aku memohon-mohon dan membujuknya agar dia memaafkanku hatinya luluh dan mau memaafkanku. Kak Rio pada waktu itu sedikit aku abaikan. Karena aku merasa telah mendapatkan kebahagianku yang selama ini hilang. Sedikit jahat memang, tapi mau gimana lagi aku pada saat itu tidak ada rasa apa-apa sama kak Rio, tapi aku membutuhkannya untuk menemaniku dalam kesendirian. Berkali-kali kak Rio telepon tapi tak pernah aku angkat, aku merasa malas ngomong dengannya. Karena aku sudah menemukan kembali Sundyku. Orang yang selalu menghiburku.
2 minggu setelah liburan akupun kembali melanjutkan kuliah. Tapi ternyata ada sesuatu hal yang menyebabkan aku tidak bisa melanjutkan kuliahku lagi. Keputusanku sudah bulat dan aku bertekad untuk tidak melanjutkan kuliah. Semua orang tentunya merasa kaget dengan keputusanku ini. Kak Rio pun juga berlaku demikian, dia sangat tidak rela aku meninggalkan kuliahku. Tapi apa boleh buat, keputusanku sudah tidak bisa diganggu gugat. Akhirnya dengan berat hati kak Rio merelakan kepergianku. Setelah kepergianku, hubunganku dengannya masih baik, dan memang sepertinya kak Rio benar-benar cinta sama aku. Ini dibuktikan dengan perhatiannya kepadaku. Hubunganku dengan Sundy pun juga sudah kembali seperti biasa. Bahkan aku sering curhat padanya tentang hubunganku dengan kak Rio. Lama kelamaan aku merasa sangat tidak nyaman menjalani hubungan dengan kak Rio, karena aku merasa telah membohonginya dengan pura-pura suka padanya, akhirnya dengan sms aku mengungkapkan semuanya pada kak Rio bahwa sebenarnya aku tidak ada rasa apa-apa sama dia. Menurut Sundy tindakanku pada kak Rio memang agak keterlaluan. Tapi Sundy tidak tau yang sebenarnya, aku melakukan ini semua karena dia yang telah meninggalkanku sehingga aku mencari pelampiasan. Dan aku memutuskan hubungan dengan kak Rio juga karena dia. Tapi  memang aku sudah tidak bisa membohongi hatiku kalau ternyata hatiku ini condong sama Sundy.
Walaupun aku tahu kalau Sundy itu orangnya mudah tersinggung dan gampang marah. Tapi entah kenapa setiap ada seseorang yang memberikan perhatiannya padaku aku hanya tertarik sebentar. Dan setelah aku ingat kalau aku punya Sundy yang walaupun dia tidak seperti cowok lainnya yang selalu mencurahkan perhatian pada cewek, aku langsung merasa tidak tertarik lagi pada seseorang yang memberikan aku perhatian. Ini dibuktikan dengan kejadian antara aku dengan Doni. Aku sudah lama sekali tidak pernah bertemu atau bekomunikasi dengan Doni. Tapi pada saat liburan kuliah dia bertamu ke rumaku. Sungguh kejadian yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Dan setelah pertemuan itu hubungan kita jadi dekat dan bahkan sikap Doni padaku berubah dari yang awalnya biasa saja, menjadi sangat perhatian dan bahkan dia sangat sering sms setiap malam. Jujur aku senang sekali mendapatkan perhatian dari Doni. Aku sedikit bisa mengabaikan Sundy. Yang memang pada saat itu dia tidak punya pulsa dan sudah tiga hari tidak menghubungiku. Setiap malam inboxku dipenuhi sms-sms dari Doni. Sampai akhirnya timbul di pikiranku, kalau mungkin saja Doni ini adalah cinta sejatiku. Karena tanpa disangka-sangka dan dinyana-nyana Doni berkata kalau dia sayang sama aku. Aku melayang-layang mendengar perkataannya, hatiku berbunga-bunga seperti layaknya pameran flora.
Seminggu berlalu, akhirnya Sundy pun kembali. Dia sudah punya pulsa dan sekarang bisa menghubungiku seperti biasa. Dan entah kenapa hatiku sangat tidak tenang. Aku merasa telah mengkhianati Sundy dengan Doni. Kebimbangan pun merasukiku. Seolah-olah aku disuruh memilih sesuatu yang nggak bisa aku pilih. Akupun akhirnya mencoba bertanya pada Sundy bagaimana kalau aku ternyata ada orang lain suka padaku. Dan seperti yang aku duga dia pasti menertawakan pertanyaanku yang konyol itu. Dia pun menjawab dengan entengnya kalau itu sama sekali tidak masalah baginya. Tapi jawabannya yang seperti itu sama sekali tidak membuatku lega. Aku masih tetap bimbang. Aku bingung antara Sundy dan Doni. Seharian aku berpikir mengenai masalah ini. Dan akhirnya sampai juga pada titik temunya. Aku mulai berpikir realistis dan tidak menganda-andai. Aku berpikir kalau selama ini Doni tidak pernah menyatakan perasaannya padaku kalau dia memang benar-benar suka sama aku. Dia Cuma menyatakan sayang, dan sayang itu bisa berarti dia sayang sebagai teman. Dan Sundy, dia bahkan tidak pernah bilang suka atau sayang atau bahkan cinta sama aku. Jadi kesimpulannya apa yang harus kupilih? Dan siapa yang aku pilih? Karena dua-duanya sama sekali tidak jelas. Dan ini semua diperkuat dengan kejadian malam hari. Saat Doni sms aku, dan ketika akhir sms aku protes ke dia kenapa tidak bilang sayang, Doni berkata kalau itu tidak perlu diucapkan berulang kali. Jujur saat itu aku agak merasa marah dan malu, karena pernyataan dia yang seperti itu. Tapi akhirnya aku mengerti. Kalau ini bisa dijadikan sebagai bukti kalau memang Doni nggak ada perasaan apa-apa sama aku. Sayangnya dia sama aku hanya sebagai teman, bukan rasa sayang yang seperti aku harapkan selama ini.
Dan petualangan pencarian cinta sejati memulai babak baru lagi. Doni sudah tidak termasuk kategori cinta sejatiku. Keadaan kembali seperti semula. Hanya ada aku dan Sundy yang selalu smsan dan smsan. Apakah ini berarti, dia cinta sejatiku? Pertanyaan ini selalu terngiang dalam benakku. Sampai akhirnya ada kejadian yang membuat pertanyaanku itu terjawab.
Tanggal 7 agustus 2010, hari yang sangat konyol. Hari yang tadinya aku bayangkan akan menjadi hari yang paling bersejarah dan menyenangkan, ternyata tak seindah yang aku bayangkan. Tanggal itu aku sebenarnya malas untuk melihat perayaan hari kemedekaan negaraku. Karnaval, yah itulah yang akan dilaksanakan pada tanggal itu. Sebenarnya aku ingin melihat tapi bayang-bayang tidak memperoleh ijin dari ibu membuatku malas sekali untuk melihat. Tapi disisi lain Sundy mengajakku melihatnya. Walaupun dia nggak memaksa tapi aku merasa kalau aku nggak datang pasti dia kecewa banget. Karena gerak jalan kemarin aku tidak bisa mengikuti ajakannya untuk melihat. Tapi bayang-bayang pertengkaran dengan ibuku semakin menguat sehingga membuatku memutuskan untuk tidak melihat. Tapi entah kenapa aku tiba-tiba punya keberanian menanyakan kepastian pada ibu apakah aku boleh atau tidak melihat karnaval. Dan seperti yang aku ramalkan pertengkaran pun terjadi. Walaupun aku sudah mengalah untuk tidak membantah, tapi kata-kata ibu yang memarahiku membuat air mataku perlahan turun. Mengapa selalu begini kejadiannya? aku selalu sulit mendapatkan ijin untuk keluar dengan temanku. Tapi memang begitulah sifat ibuku. Selesai memarahiku ternyata ibuku malah menyuruhku bersiap-siap untuk berangkat. Aku tau ini sangat terlambat, mengingat Sundy sudah tidak sms membahas tentang janji itu. Akupun sms dia dan aku sama sekali nggak menduga dia malah memarahiku dan bilang kalau kesel sama aku. Akupun mengalami kebingungan lagi. Antara berangkat atau tidak. Aku sebenarnya memutuskan untuk tidak berangkat tapi kata-kata Sundy di sms itu membuatku sakit hati dan nekat untuk berangkat. Aku ingin membuktikan kalau aku bisa datang dan terserah dia mau menemaniku atau tidak. Akhirnya sampailah aku di babat, setelah aku sms dia kalau aku sudah di babat dia pun menemuiku, tapi tak disangka tak dinyana dia berkata kalau ada keperluan lain sehingga tidak bisa menemaniku melihat karnaval. Kecewa pasti ada, ketika aku mendengar kenyataan seperti itu. Tapi entah mengapa kekecewaan itu hanya sebentar. Aku sama sekali tidak merasa sakit hati ketika aku ditinggalkan sendiri. Akupun bertanya-tanya apakah ini yang disebut dengan cinta yang tulus? Cinta yang tidak mengharapkan apa-apa. Cinta yang benar-benar berasal dari hati. Bukan karena suatu hal. Benar-benar murni dari lubuk hati yang terdalam. Tapi lagi-lagi aku menepis semua itu. Aku tidak mau terlena dengan kejadian ini. Karena aku tidak mau berharap lebih pada Sundy. Biarkan aku menyimpan perasaan ini. Biarkan hanya aku yang tau kalau aku mencintainya. Karena cintaku padanya benar-benar tulus. Cinta yang tidak ambisius. Aku memasrahkan semuanya pada yang Maha pembuat cinta. Kalau kita berjodoh pasti Allah akan mendekatkan kita dan mempersatukan kita dalam ikatan cinta yang suci. Tapi kalau memang Allah berkehendak lain, maka Allah pasti akan memberikan yang terbaik untukku dan dia.
Setelah kejadian ini aku pun mulai berpikir secara dewasa. Aku tidak ingin terlalu menggebu-nggebu dalam mencari seseorang yang menjadi cinta sejatiku. Aku sudah menjalin hubungan dengan Rafi, kak Rio dan Doni yang pada saat itu aku anggap sebagai cinta sejatiku. Tapi nyatanya tidak seperti yang aku bayangkan. Hubunganku dengan mereka selalu kandas di tengah jalan. Dan tak berujung dengan kebahagiaan. Seseorang yang tersisa dan sekarang berada di hatiku hanya Sundy. Hubunganku dengannya memang dekat, jujur aku memang mencintai Sundy. Tapi aku sama sekali nggak ingin hubunganku dengan Sundy kandas begitu saja. Dan aku memutuskan untuk menyimpan perasaan cintaku ini pada Sundy. Aku pasrah, karena cinta tidak harus selamanya memiliki.
Categories:

2 comments:

  1. ciee yg cinta cintaan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehehe isek jaman sekolah ndik. Seneng bikin cerita ttg cinta2an. .

      Delete