Thursday, 27 November 2014

Cerpen karyaku

Posted by my blog is my life on Thursday, November 27, 2014 with No comments
CERPEN LAMA ^_^

Assalamualaikum sahabat semua ^_^ jumpa lagi dengan saya dalam blog sederhana ini.
Sempat bingung sih mau posting yang mana dulu. Terlalu banyak hal-hal yang ingin aku ceritakan dan aku posting di blog ini. Walaupun aku sekarang selalu duduk manis di rumah. Tapi ada hal-hal yang sedikit menjadi sorotan pada postingan blogku selanjutnya.

Daaan daripada bingung aku awali saja dengan cerpen karyaku yang sudah lama banget aku tulis. Mudah-mudahan bisa menghibur^_^

Cerpen yang terinspirasi dari mimpi merindukan seseorang.


CINTA YANG KEMBALI

Tanggal 27 mei 2007 diadakan reuni akbar di sekolahku dulu yaitu SMP 1 Bina Bangsa. Sekian lama tidak bertemu dengan teman-temanku, kini tibalah saat yang ditunggu yaitu acara temu kangen. Di SMP dulu tentunya semua anak mempunyai kenangan terindah bersama dengan teman-temannya. Seperti yang terjadi padaku. Aku mempunyai kenangan bersama Raymond.
Dia adalah pacar pertamaku pada saat di SMP. 5 tahun sudah berlalu, tapi anehnya perasaanku pada masih tetap sama padanya. Sampai-sampai selama 5 tahun itu aku tidak mempunyai pacar. Aku merasa hatiku masih milik Raymond.
            Hubungan kami memang sangat aneh, renggang begitu saja. Kami sama sekali tidak pernah mengatakan kalau hubungan kami putus atau berakhir setelah tamat SMP, tidak ada perjanjian sama sekali. Tapi entah mengapa seiring dengan waktu berjalan hubungan kami menjauh dengan sendirinya. Itu terjadi setelah ada kejadian yang tak terduga. Selama beberapa bulan aku di opname di rumah sakit karena aku tiba-tiba terkena penyakit yang memang cukup parah. Dia pernah menjengukku tapi cuma sekali, mungkin karena dia masih malu dan canggung bertemu dengan kedua orang tuaku. Sejak kejadian itu hubunganku dengan Raymond menjadi tidak akrab. Aku sudah mengira ini akan terjadi, lagipula aku juga sudah siap kalau Raymond meninggalkanku, melihat keadaanku tidak seperti dulu lagi. Karena penyakit yang aku derita aku menjadi tidak selincah dulu lagi. Dan mungkin juga tidak semenarik aku sebelum sakit. Ditambah lagi setelah aku bisa mengikuti kegiatan di sekolah yang pada saat itu memang aku sudah naik ke kelas 3, ternyata Raymond tidak satu kelas denganku. Kita jarang sekali bertemu, karena pada saat itu kita disibukkan dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan ujian. Sehingga tak ada waktu untuk bertemu. Dan ketika itu juga ada gosip yang membuat aku sakit hati dan malas bertemu dengan Raymond. Aku mendengar dari teman-teman kalau Raymond dekat dengan Ratih anak 3C. Sehingga aku merasa malas untuk berhubungan dengan Raymond.
            “Ayo.. Ayo.. Persiapan yang mau turun SMP !!” Terdengar suara kenek angkutan yang sedang aku tumpangi membuyarkan lamunanku. Aku pun langsung bergegas mempersiapkan diri untuk turun. Sampailah aku di depan pintu gerbang SMP Bina Bangsa. Di depan aula aku melihat suasana begitu ramai dan meriah. Tapi aku tidak langsung menuju ke sana, aku melangkahkan kakiku menuju kelas 3B kelas yang aku tempati dulu. Sambil mengenang masa-masa aku belajar di ruangan itu. Aku melihat sekeliling, banyak sekali perubahan. Kemudian aku keluar menuju aula untuk menemui teman-teman yang lainnya. Baru beberapa langkah keluar, aku bertemu dengan Raymond. Orang yang selalu aku rindukan. Aku senang sekali melihatnya. Tidak ada perubahan dari wajahnya. Masih tetap tampan seperti dulu. Hanya saja dia kelihatan lebih dewasa. Ciri khas yang melekat pada wajahnya juga masih ada, ciri khas yang membuat aku selalu mengingatnya. Yaitu tatapan matanya yang tajam seperti burung elang. Tatapan mata yang mampu meluluhkan hatiku.
Baru saja mulutku akan terbuka, ingin sekali aku menyapa dirinya. Tiba-tiba Ratih datang dan mengacaukan semuanya. Dia menghampiri Raymond dan menggandeng tangannya. Bersamaan dengan itu, aku dan dia berpandangan, aku memandang Raymond  dengan tatapan yang tajam sampai menusuk ke dalam matanya. Dia pun berbuat seperti itu padaku. Dia seperti ingin menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Tapi aku tak mau tau apapun alasannya. Aku berlalu meninggalkan mereka. Tak kusangka tanganku dia raih dan dia pegang dengan kuat. Dadaku sesak menahan tangisku. Aku seperti bisu tak dapat berkata apa-apa. Aku pun memegang tangannya, kurasakan getaran cinta pada saat aku menyentuh tangannya. Segera kusingkirkan dan aku berlalu meninggalkannya. Sementara Ratih menggandeng tangan Raymond dengan manja. Aku mencurahkan air mataku di beranda mushola. Entah dia melihat aku atau tidak. Aku menangis sejadi-jadinya.
Tiba-tiba aku melihat sosok tubuh menghampiriku dan berdiri tepat di depanku. Aku memperhatikan perlahan-lahan dari ujung kaki sampai akhirnya aku dan dia bertemu pada satu titik dan kami pun langsung berpandangan. Dia memegang pundakku dengan kedua tangannya. Disuruhnya aku berdiri. Dia usap air mataku dengan jari-jari tangannya. Dia memegang tanganku dan dia langsung memelukku. Di dalam pelukannya aku menangis sejadi-jadinya. Aku tumpahkan semua air mataku tanpa tersisa. Raymond sengaja membiarkan aku menangis dipelukannya agar aku merasa lega. Setelah beberapa menit baru aku tersadar dan melepaskan pelukan Raymond.
            “Maaf, aku gak bermaksud untuk merusak hubungan kalian” kataku sambil mengusap air mataku.
            “Hubungan? Hubungan apa? Aku gak ngerti maksud kamu” tanya Raymond padaku dengan mimik wajah yang keheranan.
            “Bukannya kamu sudah jadian dengan Ratih?” Aku langsung mengungkapkan pertanyaan yang selama 5 tahun aku pendam.
            “Ratih?? Aku sama sekali gak ada hubungan apa-apa sama Ratih. Aku gak punya perasaan apa-apa sama dia. We just friend.” Jawabnya santai.
“Oke, memang dulu pada saat kita masih SMP dan sampai sekarang aku dekat dengan Ratih. Tapi kita cuma temenan nggak lebih.” Lanjutnya.
“Jadi selama ini kamu menganggap aku jadian sama Ratih?”
            “Kamu pasti bohong.” Kataku dengan pelan.
            “Aku gak bohong Santi. Aku berkata jujur dan sesuai kenyataan. Karena hati ini masih milikmu San. Padahal aku sudah berusaha untuk menghilangkan perasaan ini karena aku merasa kita sudah tidak mungkin lagi untuk bersatu. Karena kamu pasti sudah tidak ada feeling sama aku”.
            “Apa kamu bilang? Kamu masih menyimpan cintamu untukku Raymond?” Tanyaku dengan rasa yang tidak percaya.
            “Iya Santi. Ya walaupun aku pernah pacaran juga dengan seseorang. Tapi itu tak bertahan lama. Karena aku merasa tidak nyaman dengan hubunganku itu. Pikiranku selalu tertuju padamu itu yang membuat aku tak pernah bisa menjalin hubungan dengan orang lain lagi.”
            “Tapi kenapa kamu nggak pernah menghubungiku Raymond? Kenapa?”
            “Maafkan aku Santi. Jujur aku sangat ingin menghubungimu. Tapi aku dihantui perasaan bersalah dan aku terlalu takut untuk menemuimu. Saat kamu sakit semua orang menuduhku kalau aku yang sudah menyebabkan kamu menjadi sakit. Karena kamu terlalu memikirkan ulahku yang nggak bener. Dan saat itu juga ada gosip aku jadian sama Ratih. Afan dan teman-teman ngomong sama aku, kata mereka apa aku nggak kasihan sama kamu. ”Dia kan sakit. Kalau dia masuk denger gossip kedekatanmu dengan Ratih gimana?” kata Raymond menirukan ucapan Afan. Sejak aku mendengar perkataan teman-teman yang seperti itu aku juga mikir ntar kamu malah gak sembuh-sembuh gara-gara aku. Apalagi kalau mengingat kelakuanku dulu yang bisa dibilang sangat nakal. Ditambah lagi setelah kamu bisa sekolah lagi, kamu selalu cuekin aku saat kita berpapasan. Makanya lama-lama aku juga mikir kalau lebih baik aku jauhin kamu.
“Tapi apa kamu pernah menyatakan cinta sama Ratih?”
“Nggak pernah sama sekali. Itu cuma gosip Santi. Aku nggak pernah bilang suka sama dia apalagi nyatakan cinta. Aku sendiri juga heran. Siapa yang ngomong kalau aku jadian sama Ratih. Awalnya aku memang cuek sama dia tapi dia ngejar-ngejar aku terus. Jadinya aku tanggapi. Tapi sumpah aku gak pernah jadian sama dia. Cuma aku anggap teman aja gak lebih”.
Mendengar penjelasan Raymond seperti itu tubuhku serasa lemas. Aku seperti berada dalam mimpi. Tapi ini kenyataan, aku mendengar dari mulut orang yang selama ini aku anggap sudah mengkhianatiku. Kebahagiaan perlahan-lahan menyusup ke dalam hatiku.
“Tapi San, ada satu hal yang sangat aku ingin tahu dari dulu. Sebenarnya hubungan kita dulu sudah putus apa belum sih? Kadang aku kalau ingat itu perasaanku jadi tak menentu. Aku bingung dengan berakhirnya hubungan kita”.
“Putus? Emangnya kamu pernah bilang kalau kita putus? Perasaan aku gak pernah mendengar kata-kata putus dari kamu”
“Berarti bisa dibilang kalau hubungan kita sebenarnya masih pacaran?”
“Ya, bisa dibilang gitu. Tapi itu semua kan tergantung dengan perasaan kamu juga. Walaupun masih berstatus pacaran tapi kamunya sekarang udah punya pacar lagi, itu semua nggak ada artinya sama sekali”. Jawabku
“Aku sekarang nggak punya pacar. Aku sekarang tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Termasuk juga Ratih. Apa kamu mau meneruskan hubungan kita yang sempat terputus ini?”
Mendengar pertanyaan Raymond hatiku menjadi tak menentu. Aku senang tapi aku juga merasa takut. Aku takut tidak bisa menjadi yang terbaik untuk Raymond. Bayang-bayang kejadian saat aku ditinggalkan Raymond seolah muncul lagi di pikiranku.
            “Raymond, sebenarnya perasaanku padamu masih sama seperti dulu. Aku masih menyimpan rasa cintaku untukmu. Aku selalu menunggu kabar darimu, tapi tak pernah kunjung datang. Sampai-sampai aku merasa putus asa dan sudah tidak berharap lagi untuk bertemu kamu. Bahkan untuk menjalin hubungan lagi. Apalagi aku mendengar dari teman-teman kalau kamu sudah jadian dengan Ratih. Tapi kalau kenyataannya seperti ini ………………….” Aku tidak melanjutkan kata-kataku lagi..
            “Ah sudahlah. Lupakan saja Raymond. Sekarang kita sudah menjalani kehidupan masing-masing. Nggak usah ungkit-ungkit masa lalu lagi” kataku mengakhiri pembicaraan. Akupun berlalu meninggalkan Raymond.
            “Tunggu Santi!” Teriak Raymond menghentikan langkahku.
            “Apa kamu serius dengan perkataanmu itu? Apa kamu nggak ingin memperbaiki hubungan kita yang sempat terputus karena kesalahpahaman ini? Aku masih mencintaimu San. Tatap mataku Santi, dan katakan kalau kamu juga masih mencintaiku.”
Aku yang pada saat itu sudah tidak sanggup menatap Raymond langsung memeluknya.
            “Aku mencintaimu Raymond. Dan sampai kapanpun perasaan ini gak akan pernah hilang dari dalam hatiku” akupun mengungkapkan isi hatiku dalam pelukan Raymond.
            “Aku juga Santi, I love u so much.” bisik Raymond padaku.
            Bersamaan dengan itu, terlihat Ratih yang sedang melihatku dan Raymond dengan wajah geram. Dia menghampiri kami. Aku melepas pelukan Raymond. Dan tiba-tiba Ratih mendekatiku dan menamparku sekeras-kerasnya sampai aku menjerit kesakitan. Melihat semua itu Raymond pun ingin membalas menampar Ratih tapi dengan cepat aku menahan tangannya dan melarang untuk melakukan itu.
            “Kamu apa-apaan sih Rat?” Bentak Raymond pada Ratih.
            “Kamu yang apa-apaan!” Ratih pun nggak mau kalah. Dia balik membentak Raymond.
            “Apa maksud kamu bilang cinta sama Santi?”
            “Aku memang mencintai Santi, dan kamu tahu itu. Dari dulu sampai sekarang perasaanku padanya masih sama.” Kata Raymond dengan tegas pada Ratih.
            “Kamu jahat Raymond, kau telah mempermainkan perasaanku! Lalu apa maksud kamu dengan hubungan kita selama ini?”
            “Hubungan? Maksud kamu hubungan apa? Bukannya selama ini kita hanya berteman? Kamu jangan salah paham dengan hubungan kita Rat.”
            “Oh jadi seperti itu? Kamu jahat Raymond!” Teriak ratih sambil berlari meninggalkan aku dan Raymond. Aku hanya bisa diam melihat perdebatan Raymond dan Ratih.
            Dari tempatku dan Raymond berada sayup-sayup terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa acara reuni akan segera dimulai. Raymond pun mengajakku untuk segera ke aula. Dia pun berlutut di hadapanku dan mengulurkan tangan padaku. Aku tersenyum padanya dan aku langsung menyambut tangannya dan kamipun bergandengan tangan menuju aula dengan bahagia.


Categories:

0 comments:

Post a Comment