CERPEN LAMA ^_^
Assalamualaikum sahabat semua ^_^ jumpa lagi dengan saya dalam blog sederhana ini.
Assalamualaikum sahabat semua ^_^ jumpa lagi dengan saya dalam blog sederhana ini.
Sempat bingung sih mau posting yang mana dulu. Terlalu banyak hal-hal yang ingin aku ceritakan dan aku posting di blog ini. Walaupun aku sekarang selalu duduk manis di rumah. Tapi ada hal-hal yang sedikit menjadi sorotan pada postingan blogku selanjutnya.
Daaan daripada bingung aku awali saja dengan cerpen karyaku yang sudah lama banget aku tulis. Mudah-mudahan bisa menghibur^_^
Cerpen yang terinspirasi dari mimpi merindukan seseorang.
CINTA YANG KEMBALI
Tanggal 27 mei 2007 diadakan reuni akbar di sekolahku dulu yaitu SMP 1 Bina
Bangsa. Sekian lama tidak bertemu dengan teman-temanku, kini tibalah saat yang
ditunggu yaitu acara temu kangen. Di SMP dulu tentunya semua anak mempunyai
kenangan terindah bersama dengan teman-temannya. Seperti yang terjadi padaku.
Aku mempunyai kenangan bersama Raymond.
Dia adalah pacar pertamaku pada saat di SMP. 5 tahun sudah berlalu, tapi anehnya perasaanku pada masih tetap sama padanya. Sampai-sampai selama 5 tahun itu aku tidak mempunyai pacar. Aku merasa hatiku masih milik Raymond.
Dia adalah pacar pertamaku pada saat di SMP. 5 tahun sudah berlalu, tapi anehnya perasaanku pada masih tetap sama padanya. Sampai-sampai selama 5 tahun itu aku tidak mempunyai pacar. Aku merasa hatiku masih milik Raymond.
Hubungan kami memang sangat aneh,
renggang begitu saja. Kami sama sekali tidak pernah mengatakan kalau hubungan
kami putus atau berakhir setelah tamat SMP, tidak ada perjanjian sama sekali.
Tapi entah mengapa seiring dengan waktu berjalan hubungan kami menjauh dengan
sendirinya. Itu terjadi setelah ada kejadian yang tak terduga. Selama beberapa
bulan aku di opname di rumah sakit karena aku tiba-tiba terkena penyakit yang
memang cukup parah. Dia pernah menjengukku tapi cuma sekali, mungkin karena dia
masih malu dan canggung bertemu dengan kedua orang tuaku. Sejak kejadian itu
hubunganku dengan Raymond menjadi tidak akrab. Aku sudah mengira ini akan
terjadi, lagipula aku juga sudah siap kalau Raymond meninggalkanku, melihat
keadaanku tidak seperti dulu lagi. Karena penyakit yang aku derita aku menjadi
tidak selincah dulu lagi. Dan mungkin juga tidak semenarik aku sebelum sakit. Ditambah
lagi setelah aku bisa mengikuti kegiatan di sekolah yang pada saat itu memang
aku sudah naik ke kelas 3, ternyata Raymond tidak satu kelas denganku. Kita jarang
sekali bertemu, karena pada saat itu kita disibukkan dengan kegiatan-kegiatan
untuk mempersiapkan ujian. Sehingga tak ada waktu untuk bertemu. Dan ketika itu
juga ada gosip yang membuat aku sakit hati dan malas bertemu dengan Raymond.
Aku mendengar dari teman-teman kalau Raymond dekat dengan Ratih anak 3C. Sehingga aku merasa malas
untuk berhubungan dengan Raymond.
“Ayo.. Ayo.. Persiapan yang mau
turun SMP !!” Terdengar suara kenek angkutan yang sedang aku tumpangi
membuyarkan lamunanku. Aku pun langsung bergegas mempersiapkan diri untuk
turun. Sampailah aku di depan pintu gerbang SMP Bina Bangsa. Di depan aula aku
melihat suasana begitu ramai dan meriah. Tapi aku tidak langsung menuju ke sana, aku melangkahkan
kakiku menuju kelas 3B kelas yang aku tempati dulu. Sambil mengenang masa-masa
aku belajar di ruangan itu. Aku melihat sekeliling, banyak sekali perubahan. Kemudian
aku keluar menuju aula untuk menemui teman-teman yang lainnya. Baru beberapa
langkah keluar, aku bertemu dengan Raymond. Orang yang selalu aku rindukan. Aku
senang sekali melihatnya. Tidak ada perubahan dari wajahnya. Masih tetap tampan
seperti dulu. Hanya saja dia kelihatan lebih dewasa. Ciri khas yang melekat
pada wajahnya juga masih ada, ciri khas yang membuat aku selalu mengingatnya. Yaitu
tatapan matanya yang tajam seperti burung elang. Tatapan mata yang mampu
meluluhkan hatiku.
Baru saja mulutku akan terbuka, ingin sekali aku menyapa dirinya.
Tiba-tiba Ratih datang dan mengacaukan semuanya. Dia menghampiri Raymond dan
menggandeng tangannya. Bersamaan dengan itu, aku dan dia berpandangan, aku
memandang Raymond dengan tatapan yang
tajam sampai menusuk ke dalam matanya. Dia pun berbuat seperti itu padaku. Dia seperti
ingin menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Tapi aku tak mau tau apapun
alasannya. Aku berlalu meninggalkan mereka. Tak kusangka tanganku dia raih dan
dia pegang dengan kuat. Dadaku sesak menahan tangisku. Aku seperti bisu tak
dapat berkata apa-apa. Aku pun memegang tangannya, kurasakan getaran cinta pada
saat aku menyentuh tangannya. Segera kusingkirkan dan aku berlalu
meninggalkannya. Sementara Ratih menggandeng tangan Raymond dengan manja. Aku mencurahkan
air mataku di beranda mushola. Entah dia melihat aku atau tidak. Aku menangis
sejadi-jadinya.
Tiba-tiba aku melihat sosok tubuh menghampiriku dan berdiri tepat di
depanku. Aku memperhatikan perlahan-lahan dari ujung kaki sampai akhirnya aku
dan dia bertemu pada satu titik dan kami pun langsung berpandangan. Dia memegang
pundakku dengan kedua tangannya. Disuruhnya aku berdiri. Dia usap air mataku
dengan jari-jari tangannya. Dia memegang tanganku dan dia langsung memelukku. Di
dalam pelukannya aku menangis sejadi-jadinya. Aku tumpahkan semua air mataku
tanpa tersisa. Raymond sengaja membiarkan aku menangis dipelukannya agar aku
merasa lega. Setelah beberapa menit baru aku tersadar dan melepaskan pelukan Raymond.
“Maaf, aku gak bermaksud untuk
merusak hubungan kalian” kataku sambil mengusap air mataku.
“Hubungan? Hubungan apa? Aku gak
ngerti maksud kamu” tanya Raymond padaku dengan mimik wajah yang keheranan.
“Bukannya kamu sudah jadian dengan Ratih?”
Aku langsung mengungkapkan pertanyaan yang selama 5 tahun aku pendam.
“Ratih?? Aku sama sekali gak ada
hubungan apa-apa sama Ratih. Aku gak punya perasaan apa-apa sama dia. We just friend.” Jawabnya santai.
“Oke, memang dulu pada saat kita masih SMP dan sampai sekarang aku dekat
dengan Ratih. Tapi kita cuma temenan nggak lebih.” Lanjutnya.
“Jadi selama ini kamu menganggap aku jadian sama Ratih?”
“Kamu pasti bohong.” Kataku dengan
pelan.
“Aku gak bohong Santi. Aku berkata
jujur dan sesuai kenyataan. Karena hati ini masih milikmu San. Padahal aku
sudah berusaha untuk menghilangkan perasaan ini karena aku merasa kita sudah
tidak mungkin lagi untuk bersatu. Karena kamu pasti sudah tidak ada feeling sama aku”.
“Apa kamu bilang? Kamu masih
menyimpan cintamu untukku Raymond?” Tanyaku dengan rasa yang tidak percaya.
“Iya Santi. Ya walaupun aku pernah
pacaran juga dengan seseorang. Tapi itu tak bertahan lama. Karena aku merasa
tidak nyaman dengan hubunganku itu. Pikiranku selalu tertuju padamu itu yang
membuat aku tak pernah bisa menjalin hubungan dengan orang lain lagi.”
“Tapi kenapa kamu nggak pernah
menghubungiku Raymond? Kenapa?”
“Maafkan aku Santi. Jujur aku sangat
ingin menghubungimu. Tapi aku dihantui perasaan bersalah dan aku terlalu takut
untuk menemuimu. Saat kamu sakit semua orang menuduhku kalau aku yang sudah menyebabkan
kamu menjadi sakit. Karena kamu terlalu memikirkan ulahku yang nggak bener. Dan
saat itu juga ada gosip aku jadian sama Ratih. Afan dan teman-teman ngomong
sama aku, kata mereka apa aku nggak kasihan sama kamu. ”Dia kan sakit. Kalau dia masuk denger gossip kedekatanmu dengan Ratih
gimana?” kata Raymond menirukan ucapan Afan. Sejak aku mendengar perkataan
teman-teman yang seperti itu aku juga mikir ntar kamu malah gak sembuh-sembuh
gara-gara aku. Apalagi kalau mengingat kelakuanku dulu yang bisa dibilang
sangat nakal. Ditambah lagi setelah kamu bisa sekolah lagi, kamu selalu cuekin
aku saat kita berpapasan. Makanya lama-lama aku juga mikir kalau lebih baik aku
jauhin kamu.
“Tapi apa kamu pernah menyatakan cinta sama Ratih?”
“Nggak pernah sama sekali. Itu cuma gosip Santi. Aku nggak pernah bilang
suka sama dia apalagi nyatakan cinta. Aku sendiri juga heran. Siapa yang
ngomong kalau aku jadian sama Ratih. Awalnya aku memang cuek sama dia tapi dia
ngejar-ngejar aku terus. Jadinya aku tanggapi. Tapi sumpah aku gak pernah
jadian sama dia. Cuma aku anggap teman aja gak lebih”.
Mendengar penjelasan Raymond seperti itu tubuhku serasa lemas. Aku
seperti berada dalam mimpi. Tapi ini kenyataan, aku mendengar dari mulut orang
yang selama ini aku anggap sudah mengkhianatiku. Kebahagiaan perlahan-lahan
menyusup ke dalam hatiku.
“Tapi San, ada satu hal yang sangat aku ingin tahu dari dulu. Sebenarnya hubungan
kita dulu sudah putus apa belum sih? Kadang aku kalau ingat itu perasaanku jadi
tak menentu. Aku bingung dengan berakhirnya hubungan kita”.
“Putus? Emangnya kamu pernah bilang kalau kita putus? Perasaan aku gak
pernah mendengar kata-kata putus dari kamu”
“Berarti bisa dibilang kalau hubungan kita sebenarnya masih pacaran?”
“Ya, bisa dibilang gitu. Tapi itu semua kan tergantung dengan perasaan kamu juga.
Walaupun masih berstatus pacaran tapi kamunya sekarang udah punya pacar lagi,
itu semua nggak ada artinya sama sekali”. Jawabku
“Aku sekarang nggak punya pacar. Aku sekarang tidak menjalin hubungan
dengan siapapun. Termasuk juga Ratih. Apa kamu mau meneruskan hubungan kita
yang sempat terputus ini?”
Mendengar pertanyaan Raymond hatiku menjadi tak menentu. Aku senang tapi
aku juga merasa takut. Aku takut tidak bisa menjadi yang terbaik untuk Raymond.
Bayang-bayang kejadian saat aku ditinggalkan Raymond seolah muncul lagi di
pikiranku.
“Raymond, sebenarnya perasaanku padamu
masih sama seperti dulu. Aku masih menyimpan rasa cintaku untukmu. Aku selalu
menunggu kabar darimu, tapi tak pernah kunjung datang. Sampai-sampai aku merasa
putus asa dan sudah tidak berharap lagi untuk bertemu kamu. Bahkan untuk
menjalin hubungan lagi. Apalagi aku mendengar dari teman-teman kalau kamu sudah
jadian dengan Ratih. Tapi kalau kenyataannya seperti ini ………………….” Aku tidak
melanjutkan kata-kataku lagi..
“Ah sudahlah. Lupakan saja Raymond.
Sekarang kita sudah menjalani kehidupan masing-masing. Nggak usah ungkit-ungkit
masa lalu lagi” kataku mengakhiri pembicaraan. Akupun berlalu meninggalkan Raymond.
“Tunggu Santi!” Teriak Raymond menghentikan
langkahku.
“Apa kamu serius dengan perkataanmu
itu? Apa kamu nggak ingin memperbaiki hubungan kita yang sempat terputus karena
kesalahpahaman ini? Aku masih mencintaimu San. Tatap mataku Santi, dan katakan
kalau kamu juga masih mencintaiku.”
Aku yang pada saat itu sudah tidak sanggup menatap Raymond langsung
memeluknya.
“Aku mencintaimu Raymond. Dan sampai
kapanpun perasaan ini gak akan pernah hilang dari dalam hatiku” akupun
mengungkapkan isi hatiku dalam pelukan Raymond.
“Aku juga Santi, I love u so much.” bisik Raymond padaku.
Bersamaan dengan itu, terlihat Ratih
yang sedang melihatku dan Raymond dengan wajah geram. Dia menghampiri kami. Aku
melepas pelukan Raymond. Dan tiba-tiba Ratih mendekatiku dan menamparku
sekeras-kerasnya sampai aku menjerit kesakitan. Melihat semua itu Raymond pun
ingin membalas menampar Ratih tapi dengan cepat aku menahan tangannya dan
melarang untuk melakukan itu.
“Kamu apa-apaan sih Rat?” Bentak Raymond
pada Ratih.
“Kamu yang apa-apaan!” Ratih pun nggak
mau kalah. Dia balik membentak Raymond.
“Apa maksud kamu bilang cinta sama Santi?”
“Aku memang mencintai Santi, dan
kamu tahu itu. Dari dulu sampai sekarang perasaanku padanya masih sama.” Kata Raymond
dengan tegas pada Ratih.
“Kamu jahat Raymond, kau telah
mempermainkan perasaanku! Lalu apa maksud kamu dengan hubungan kita selama
ini?”
“Hubungan? Maksud kamu hubungan apa? Bukannya selama ini kita hanya berteman?
Kamu jangan salah paham dengan hubungan kita Rat.”
“Oh jadi seperti itu? Kamu jahat Raymond!”
Teriak ratih sambil berlari meninggalkan aku dan Raymond. Aku hanya bisa diam
melihat perdebatan Raymond dan Ratih.
Dari tempatku dan Raymond berada
sayup-sayup terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa acara reuni akan
segera dimulai. Raymond pun mengajakku untuk segera ke aula. Dia pun berlutut
di hadapanku dan mengulurkan tangan padaku. Aku tersenyum padanya dan aku
langsung menyambut tangannya dan kamipun bergandengan tangan menuju aula dengan
bahagia.
0 comments:
Post a Comment