Tetap sabar dan ikhlas menghadapi ujian yang diberikan Allah.
Dan selalu semangat menjalani hidup apapun yang terjadi
Karena aku yakin Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar ^_^
April 2016
Bulan ini aku mengalami kesedihan dan juga mengalami kebahagiaan. Sedih
karena obat yang harus aku minum semakin banyak karena penyakitku juga
bertambah. Yg semula hanya Aiha bertambah jadi Aps yang menyebabkan tangan
kananq kebas karena ada pengentalan darah di otak kiri. Sehingga melibatkan
dokter syaraf yang akan menambah obat yang harus aku minum.
April juga bulan bahagia untukku. Karena aku telah menemukan belahan jiwaku
yang akan menemani hari-hariku. Aku telah menikah dan siap untuk memulai
kehidupan baru.
Kehidupan bersama suamiku dan kehidupan bersama 'sahabat' baruku yaitu APS.
Kontrol tiap bulan tetap rajin aku lakukan. Sekarang bedanya aku harus
kontrol di dua dokter. Spesialis hematologi dan spesialis syaraf. Bedanya lagi
kali ini aku diantar suamiku ^_^
Mei 2016
Kondisi stabil tak ada keluhan untuk AIHA. Tapi untuk APS masih ada
keluhan. Jari2 tangan kadang2 masih kebas, bicara juga masih sedikit2, tangan
untuk menulis juga masih kaku, masih sulit untuk konsentrasi dan masih belum
bisa fokus.
Aku harus latihan menggerak2an jari-jari tanganku. Mengangkat kaki dan
tangan. Aku juga harus sering2 latihan berbicara. Dan menulis. Seolah2 aku
menjadi anak yang baru belajar membaca dan menulis. Konsentrasi sudah mulai
pulih walaupun masih belum bisa fokus sepenuhnya.
Juni 2016
Keluhan sudah mulai berkurang. Untuk AIHA no problem. Dan APS juga sudah
tak ada keluhan yg berarti. Obat syaraf mulai dikurangi hanya mengkonsumsi
vitamin2. Dan obat untuk AIHA masih tetap sama seperti biasa.
Bulan juni ini adalah bulan puasa. Bulan yang terkadang membuatku sedih
karena aku tidak bisa ikut puasa. Aktivitasku saat bulan juni tergolong berat.
Tidak seperti bulan2 sebelumnya. Memang aku tidak ikut puasa tapi sholat tarwih
masih aku ikuti. Dan statusku kali ini sudah menjadi seorang istri. Yang
tentunya berbeda pada saat masih sendiri. Saat pagi aku dirumah ibu membantu
mengurus keponakan dan sore harinya aku menemani suamiku. Dan itu berarti aku
harus bolak balik pulang ke rumah dan ke pondok (tempat tinggal suamiku). Pagi
pulang ke rumah sore kembali ke pondok. Begitu selalu, dan itu membutuhan
energi lebih. Dan celakanya aku tidak memperhatikan kekuatan tubuhku, alarm
tubuhku sebenarnya sudah berbunyi tapi aku mengabaikannya.
Juli 2016
Kondisiku mulai agak drop. Seminggu sebelum kontrol tiba2 aku mengalami
vertigo. Kepalaku sakit dan kliyengan. Dunia seakan berputar dan aku pun
akhirnya tumbang. Dan saat itu posisiku sedang di rumah.
Aku pun istirahat total selama seminggu di rumah. Setelah itu jadwal
kontrol tiba. Aku diantar suamiku untuk kontrol. Kondisi hb masih tetap 9
tekanan darah normal. Aku menceritakan keluhan pusing berputar2 pada dokter
hematologi dan bilang kalau itu pengaruh dari pengentalan darahnya. Aku
diberikan paracetamol untuk meringankan sakit kepalanya. Dan obat rutin untuk
AIHA masih tetap sama dan masih tetap aku minum.
Sementara di dokter syaraf juga sama masih dikasih vitamin2 dan obat
tambahan untuk vertigo yaitu betahistin diminum bila perlu.
Pada saat mengalami vertigo bersamaan dengan menstruasi. Mungkin itu juga
pengaruh dari menstruasinya.
Pada saat pulang kontrol dalam perjalanan pulang aku kehujanan. Dan itu
membuat aku terkena batuk dan pilek. Saat itu hari selasa.
Rabu, kamis, jumat aku mengalami batuk pilek yang tak kunjung sembuh. Sabtu
aku mengikuti acara buka bersama yang bertempat di pondok bersama suamiku.
Ahad batukku bertambah parah, ibu menyuruhku untuk periksa tapi aku masih
belum mau.
Senin dan aku meminta untuk diperiksakan ke dokter umum. Saat menghubungi
suamiku yang kebetulan di pondok tidak ada balasan. Memang saat itu suamiku
sedang tak enak hati padaku. Akhirnya aku diantar ibuku.
Aku periksa ke dokter umum, dengan keluhan batuk dan pilek selama seminggu.
Karena aku memiliki autoimun jadi tidak sembarang obat bisa aku minum. terutama
untuk obat antibiotic sebisanya aku hindari. Aku menceritakan ke dokter kalau
aku ada autoimun dan dokternya bilang kalau obat yang dikasih itu aman.
Sepulang dari dokter aku langsung meminum obat batuk. Dan istirahat. Saat
itu suamiku juga sudah pulang. Walaupun masih kelihatan dari raut wajahnya
kalau dia masih merasa tak enak hati padaku. Tapi dia menemaniku istirahat.
Saat itu aku memang merasa sedih karena suamiku diam saja. Terlihat sekali
kalau masih belum lega hatinya. Dan itu membuatku kepikiran.
Sore hari batukku sedikit reda, tapi perutku tiba-tiba sangat mual. Sampai
akhirnya menjelang magrib kepalaku pusing dan mendadak seluruh tubuhku terasa
kebas. Tangan kanan dan kiri, kaki, dan badanku rasanya kebas. Bicarapun aku
tidak bisa rasanya sulit sekali. Aku muntah-muntah dan tidak bisa bicara. Aku
bicara tapi hanya setengah-setengah. Rasanya sulit sekali. Setiap kali disuruh
bicara aku mengatakan hal lain. Kondisiku saat itu sangat kacau.
Akhirnya ibuku menelpon dokter saraf dan menghubungi dokter hematologi. Dan
mereka menganjurkan untuk membawaku ke UGD lagi.
Saat itu suamiku langsung dipanggil untuk pulang, karena kebetulan saat itu
dia sedang di pondok sholat tarawih yang terakhir karena puasa tinggal sehari
lagi, dan kemudian hari raya. Batapa kagetnya dia melihat kondisiku yang kacau.
Dan lebih kaget lagi kalau dokter menyuruh membawaku ke UGD.
Dan akhirnya opname karena APS terjadi lagi untuk yang kedua kalinya.
0 comments:
Post a Comment